Mengenal Lebih Dekat Shafa & Marwah
Alhamdulillah, wassholatu wassalamu ‘ala Rosulillah, wa Asyhadu an laa ilaha illallahu wahdahu la syarika lahu, wa asyhadu anna Muhammadan Abduhu wa Rosuluhu, Amma ba’du:
Shafa dan Marwah
Shafa dan Marwah adalah dua bukit yang terletak di sebelah timur Masjidil Haram, dan keduanya merupakan simbol dari syiar sa’i (berjalan bolak-balik antara keduanya dalam ibadah haji dan umrah). Keduanya disebutkan dalam Al-Qur’an dalam firman Allah Ta’ala:
إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِن شَعَائِرِ اللَّهِ فَمَنْ حَجَّ الْبَيْتَ أَوِ اعْتَمَرَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِ أَن يَطَّوَّفَ بِهِمَا وَمَن تَطَوَّعَ خَيْرًا فَإِنَّ اللَّهَ شَاكِرٌ عَلِيمٌ
"Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebagian dari syiar Allah. Maka barang siapa berhaji ke Baitullah atau berumrah, maka tidak ada dosa baginya untuk mengerjakan sa’i antara keduanya. Dan barang siapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan suatu kebajikan, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri, Maha Mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 158)
Bukit Shafa adalah bukit kecil yang terletak di bawah Jabal Abi Qubais dari arah tenggara Ka’bah yang mulia, dan berjarak sekitar 130 meter dari Ka’bah. Bukit ini dinamakan Shafa karena batu-batunya halus, keras, dan licin.
Dari atas Bukit Shafa, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam menyampaikan risalah (wahyu) dan secara terang-terangan menyeru kepada Islam, namun beliau didustakan oleh kaum Quraisy.
Setelah penaklukan Makkah, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam juga berdo'a di tempat ini. Shafa adalah tempat dimulainya sa’i dan merupakan salah satu tempat yang diutamakan untuk memanjatkan do'a karena termasuk tempat yang diharapkan do'a di dalamnya dikabulkan.
Adapun Marwah adalah juga sebuah bukit kecil yang menyatu dengan Jabal Qaiqa’an, terletak di sebelah timur laut Ka’bah yang mulia, dan berjarak sekitar 300 meter darinya. Dinamakan Marwah karena batu-batunya berasal dari batu marwah yang putih bersih. Di bukit inilah sa’i berakhir.
Mengagungkan Shafa dan Marwah adalah bagian dari mengagungkan syiar-syiar Allah. Adapun jalan yang menghubungkan antara Shafa dan Marwah disebut “Mas’a” dan itulah tempat pelaksanaan ibadah sa’i.
Permulaan sa’i antara Shafa dan Marwah merujuk kepada zaman Nabi Ibrahim Alaihis salam. Istri Nabi Ibrahim, yaitu Hajar, dianggap sebagai orang pertama yang melakukan sa’i antara Shafa dan Marwah, ketika ia mencari air untuk putranya, Ismail ‘Alaihis salam.
Ia naik ke Bukit Shafa, kemudian turun hingga sampai ke Bukit Marwah. Ia mengulanginya sebanyak tujuh kali, hingga ia menemukan air di tempat Zamzam, lalu ia minum dan menyusui anaknya.
Shafa, Marwah, dan tempat sa’i dahulu berada di luar Masjidil Haram, dan tidak ada bangunan khusus di atasnya. Keadaan ini tetap seperti itu hingga tahun 1966 M, ketika untuk pertama kalinya dibangun tempat sa’i dalam proyek perluasan Saudi, dan tempat sa’i dimasukkan ke dalam area Masjidil Haram dan menjadi bagian darinya. Jarak antara Shafa dan Marwah mencapai 394 meter, dan total panjang tujuh putaran sa’i adalah 2758 meter. Sementara lebar tempat sa’i saat ini adalah 40 meter.
Disunnahkan untuk melaksanakan sa’i bolak-balik di sisi yang dekat dengan Ka’bah – yaitu sisi yang lebih banyak dilalui oleh orang-orang yang sa’i dari Marwah ke Shafa – jika memungkinkan, karena itu adalah tempat sa’i yang asli sebelum perluasan tahun 2008, yang di dalamnya lebar tempat sa’i diperluas dari sekitar 20 meter menjadi 40 meter. Diketahui bahwa tempat-tempat suci (masya’ir) tidak boleh ditambah ataupun dikurangi, sebagaimana firman Allah Ta’ala:
ذَٰلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى القُلُوبِ
"Demikianlah, dan barang siapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu adalah (tanda) ketakwaan hati." (QS. Al-Hajj: 32)
Do'a Wuquf Sa’i di atas Shafa dan Marwah
Setelah jama’ah umrah selesai melakukan thowaf 7 putaran, shalat 2 rokaat di belakang maqam Ibrahim, dan minum air zam-zam, maka rangkaian ibadah selanjutnya adalah sa’i antara shafa dan marwah.
Jama’ah menuju bukit shafa, Ketika mulai menanjak naik bukit shofa maka hendaknya membaca:
إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ
“Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebagian dari syiar Allah.” (QS. Al Baqarah: 158).
Lalu mengucapkan:
أَبْدَأُ بِمَا بَدَأَ اللَّهُ بِهِ
“Aku memulai dengan apa yang dimulai oleh Allah.”
Kemudian setelah sampai ke puncak bukit shafa dan melihat ka’bah, maka disunnahkan menghadap ka’bah dan mengangkat kedua tangannya serta berdo'a dengan do'a apa saja yang bermanfaat untuk dunia dan akhirat, bertahlil dan bertakbir, mengucapkan:
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِى وَيُمِيتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ أَنْجَزَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَه
“Tiada sesembahan yang berhak disembah kecuali hanya Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya lah segala kerajaan dan segala pujian untuk-Nya. Dia yang menghidupkan dan yang mematikan. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Tiada sesembahan yang berhak disembah kecuali hanya Allah semata. Dialah yang telah melaksanakan janji-Nya, menolong hamba-Nya dan mengalahkan tentara sekutu dengan sendirian.” (HR. Muslim 2/888)
Kemudian berdo'a dengan do'a apa saja yang dikehendaki, lalu turun dari Shafa dan berjalan menuju ke Marwah.
Area lampu hijau
Disunnahkan berlari-lari kecil dengan cepat dan sungguh-sungguh di antara dua tanda lampu hijau yang beada di Mas’a (tempat sa’i) bagi laki-laki, lalu berjalan biasa menuju Marwah dan menaikinya.
Tidak ada do'a tertentu yang diwajibkan saat melakukan sa’i antara Shafa dan Marwah. Seorang haji atau umrah dapat berdo'a dengan do'a yang ia mampu dan yang ia sukai. Namun, dianjurkan untuk berdo'a dengan:
لَا إِلَٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ ٱلْمُلْكُ وَلَهُ ٱلْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ،
سُبْحَانَ ٱللَّهِ، وَٱلْحَمْدُ لِلَّهِ، وَلَا إِلَٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ، وَٱللَّهُ أَكْبَرُ،
وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِٱللَّهِ،
سُبْحَانَ ٱللَّهِ وَبِحَمْدِهِ، سُبْحَانَ ٱللَّهِ ٱلْعَظِيمِ
"Tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah, Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya-lah kerajaan dan bagi-Nya segala puji, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu."
"Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan selain Allah, dan Allah Maha Besar."
"Tiada daya dan tiada kekuatan kecuali dengan (pertolongan) Allah."
"Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya. Maha Suci Allah Yang Maha Agung."
Kemudian setelah itu berdo'a sesuai kemudahan yang Allah berikan, memohon ampunan, surga, dan perlindungan dari neraka untuk diri sendiri dan orang-orang yang dicintai.
Setibanya di Marwah, kerjakanlah apa-apa yang dikerjakan di Shafa, yaitu menghadap kiblat, bertakbir, membaca dzikir pada sebagaimana di atas, dan berdo’a dengan do’a apa saja yang dikehendaki, perjalanan (dari Shafa ke Marwah) dihitung satu putaran.
Setelah menyelesaikan 7 putaran, maka tersisa baginya bertahallul, untuk laki-laki mencukur gundul rambutnya dan itu lebih afdhol, atau memendekkan seluruh rambut, adapun bagi wanita maka cukup dengan memotong rambutnya sepanjang satu ruas jari saja.
Wallahu ta’ala a’lam bis showab, wa shollallahu ala nabiyyina Muhammad
Disadur dari kitab “Manasik Umrah” karya Syaikh Muhammad Rozzaq dengan beberapa penyesuaian.
Oleh: Abu Haneen, Lc
Team redaksi: Miqdad Al Kindi, Lc