Kisah Abu Bakar Ash-Shiddiq رضي الله عنه di Gua Tsur

Kategori : Umrah, Ditulis pada : 03 Oktober 2025, 11:41:58

 

Bismillah, alhamdulilah was-sholatu was-salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du ....

 

Hijrah Nabi ﷺ dari Makkah ke Madinah adalah salah satu peristiwa paling menentukan dalam sejarah Islam. Hijrah itu bukanlah sekadar intiqāl (perpindahan) dari satu negeri ke negeri lain, melainkan manqalah (peralihan) yang dengan izin Allah menjadi sebab tegaknya dīn, tersebarnya kalimatullāh, dan terangkatnya bendera tauhid di atas muka bumi. Dalam momen genting ini, Allah memilih seorang sahabat terbaik untuk menemani Rasul-Nya: Abu Bakar ash-Shiddiq رضي الله عنه.

 

Malam Hijrah yang Mencekam

Ketika kaum Quraisy bersepakat untuk membunuh Rasulullah ﷺ, Allah memberi izin kepada Nabi untuk berhijrah. Malam itu, Rasulullah ﷺ keluar dari rumahnya, sementara ʿAlī bin Abī Ṭālib رضي الله عنه dengan keberanian yang agung berbaring di tempat tidur beliau. Ia rela mempertaruhkan nyawanya, menantang pedang-pedang Quraisy yang mengintai, demi menjaga keselamatan Nabi ﷺ. Inilah malam ketika pemuda mulia itu menjelma sebagai perisai hidup bagi Rasulullah ﷺ. 

Kemudian Rasulullah ﷺ berangkat bersama Abu Bakar رضي الله عنه.

Mereka berdua menuju arah selatan Makkah, bukan ke utara (Madinah), untuk mengecoh para pengejar. Perjalanan itu membawa mereka ke sebuah gua di bukit Tsur.

 

Abu Bakar Menutup Lubang Gua

Riwayat dari Ibn Hibban dan al-Hakim menyebutkan: ketika mereka tiba di gua, Abu Bakar masuk terlebih dahulu untuk memeriksa keadaan. Ia khawatir ada hewan berbisa atau bahaya lain. Abu Bakar menutup lubang-lubang gua dengan kainnya. Bahkan ada satu lubang yang tidak tertutup kecuali dengan telapak kakinya, dan ia tetap menahannya meskipun perih, agar tidak ada sesuatu yang mengganggu Nabi ﷺ.

Nabi ﷺ pun masuk dan beristirahat dengan tenang, kepalanya bersandar di pangkuan Abu Bakar. Dalam riwayat disebutkan, Abu Bakar sampai menahan rasa sakit agar beliau tidak terbangun.

 

Quraisy Hampir Menemukan

Quraisy marah besar ketika mendapati Nabi ﷺ lolos. Mereka menyebar pasukan untuk mengejar ke segala arah, dengan hadiah besar bagi siapa saja yang menemukan beliau.

Jejak kaki membawa mereka sampai ke pintu gua Tsur. Abu Bakar yang melihat bayangan para pengejar menjadi sangat cemas. Dalam riwayat sahih disebutkan:

Abu Bakar berkata: “Wahai Rasulullah, seandainya salah seorang dari mereka melihat ke bawah kakinya, niscaya ia akan melihat kita.”

Rasulullah ﷺ menjawab dengan tenang:

يَا أَبَا بَكْرٍ، مَا ظَنُّكَ بِاثْنَيْنِ اللَّهُ ثَالِثُهُمَا 

“Wahai Abu Bakar, bagaimana menurutmu tentang dua orang, sedangkan Allah adalah yang ketiga dari keduanya?”

(HR. al-Bukhari no. 3653, Muslim no. 2381)

Ketenteraman hati Nabi ﷺ membuat Abu Bakar pun kembali tenang. Dan benar, para pengejar tidak melihat mereka. 

Allah melindungi kekasih-Nya dengan cara yang tidak dapat dijangkau oleh akal manusia. Padahal para pengejar sudah berdiri di depan pintu gua, namun Allah menutup pandangan mereka. Cukuplah janji Allah yang diucapkan Rasul-Nya menjadi penguat: ‘Jangan bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.’ Itulah penjagaan yang lebih kuat daripada segala tabir duniawi.

 

Pertolongan Allah

Allah abadikan peristiwa ini dalam Al-Qur’an:

إِلَّا تَنصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ ثَانِىَ ٱثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِى ٱلْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَـٰحِبِهِۦ لَا تَحْزَنْ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَنَا فَأَنزَلَ ٱللَّهُ سَكِينَتَهُۥ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُۥ بِجُنُودٍۢ لَّمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ ٱلسُّفْلَىٰ ۗ وَكَلِمَةُ ٱللَّهِ هِىَ ٱلْعُلْيَا ۗ وَٱللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ 

“Jika kamu tidak menolongnya (Muhammad), sungguh Allah telah menolongnya, ketika orang-orang kafir mengusirnya (dari Makkah), sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua. Ketika dia berkata kepada sahabatnya, ‘Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.’ Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad), dan Allah menguatkannya dengan bala tentara (malaikat) yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itu yang paling rendah. Sedangkan kalimat Allah itulah yang paling tinggi. Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (QS. At-Taubah: 40)

Ayat ini menjadi saksi betapa besar kedudukan Abu Bakar di sisi Rasulullah ﷺ. Ia adalah “ṣāḥibuhu fil ghār”, sahabat sejati dalam gua.

 

Pesan dari Kisah Ini

Peristiwa di Gua Tsur bukan sekadar fragmen sejarah, melainkan cermin keimanan dan pengorbanan. Di satu sisi ada Abu Bakar رضي الله عنه, sahabat setia yang rela menanggung rasa takut demi melindungi Nabi ﷺ. Di sisi lain ada Rasulullah ﷺ, teladan ketenangan, yang hatinya dipenuhi yakin kepada janji Allah.

Ayat QS. At-Tawbah: 40 mengajarkan bahwa pertolongan Allah tidak selalu datang lewat sebab-sebab lahiriah, tetapi lewat ma‘iyyah kebersamaan Allah dengan hamba-hamba-Nya yang beriman.

Dari kisah ini, kita belajar:

  1. Persahabatan sejati dibangun di atas iman, bukan kepentingan.
  2. Tawakkal sejati berarti hati tetap tenang meski pedang musuh terhunus di depan mata.
  3. Barangsiapa menjaga agama Allah, maka Allah-lah yang akan menjaganya.

Semoga setiap langkah kita di tanah suci, saat menapaki jejak hijrah Nabi ﷺ, menumbuhkan keyakinan yang sama: bahwa Allah selalu bersama orang-orang yang beriman, sabar, dan bertawakkal kepada-Nya.

 

 

Sumber: 

As-Sīrah an-Nabawiyy, Ibn Hishām, Beirut: Dār al-Kutub al-ʿIlmiyyah.

 

Oleh: Abu Haneen 

Team redaksi: Miqdad Al Kindi, Lc 

Chat Dengan Kami
built with : https://erahajj.co.id