Hijrah Nabi Muhammad ﷺ: Dari Makkah Menuju Madinah, Sebuah Jejak Agung Perjalanan Iman
Bismillāh.
Sahabat-sahabat jamaah umrah rahimakumullāh…
Ketika kita menapaki tanah suci ini, bukan hanya bangunan dan pemandangan yang kita saksikan, tapi juga jejak-jejak sejarah perjuangan Rasulullah ﷺ yang layak direnungi dalam-dalam. Salah satu peristiwa terbesar yang menjadi tonggak Islam adalah Hijrah Nabi Muhammad ﷺ dari Makkah ke Madinah.
Berikut kisahnya kami hadirkan untuk menemani perjalanan ziarah Anda.
1. Awal Mula: Musyawarah dan Persiapan Hijrah
Ketika tekanan dan penyiksaan Quraisy terhadap kaum Muslimin semakin memuncak, Allah ﷻ mengizinkan Nabi Muhammad ﷺ dan para sahabat untuk berhijrah. Kaum Quraisy semakin membabi buta dalam menyiksa dan menganiaya kaum Muslimin, hingga Allah membuka pintu hijrah ke Yatsrib (Madinah).
Para sahabat satu persatu berangkat ke Madinah, mereka pergi dalam kelompok-kelompok kecil, Sebagian besar mereka pergi secara sembunyi-sembunyi, setelah mayoritas sahabat sudah berhijrah ke Madinah, dan Rasulullah ﷺ juga telah mendapatkan izin dari Allah untuk hijrah, maka Rasulullah ﷺ pun mulai menyusun strategi hijrah secara rahasia.
Allah ta'ala berfirman:
وَالَّذِينَ هَاجَرُوا فِي اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مَا ظُلِمُوا لَنُبَوِّئَنَّهُمْ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً ۖ وَلَأَجْرُ الْآخِرَةِ أَكْبَرُ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
"Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah setelah mereka dianiaya, pasti Kami akan memberikan tempat yang baik kepada mereka di dunia. Dan sungguh, pahala di akhirat itu lebih besar, kalau mereka mengetahui." (QS. An-Nahl: 41)
Rasulullah ﷺ telah mengetahui bahwa kaum Quraisy tengah merancang pembunuhan terhadap beliau. Maka beliau pun menyusun strategi matang.
Nabi ﷺ mendatangi sahabatnya Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu di siang hari bolong, waktu yang tak biasa. Di sana, beliau mengabarkan bahwa izin hijrah telah turun.
:عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ
"قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ لِلنَّبِيِّ ﷺ: "إِنِّي قَدْ أُذِنَ لِي فِي الْخُرُوجِ"
"فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ: "الصُّحْبَةَ يَا رَسُولَ اللهِ"
"قَالَ: "الصُّحْبَةَ."
قَالَتْ عَائِشَةُ: فَوَاللهِ مَا شَعَرْتُ قَبْلَ ذَلِكَ أَنَّ أَحَدًا يَبْكِي مِنَ الْفَرَحِ، حَتَّى رَأَيْتُ أَبَا بَكْرٍ يَبْكِي يَوْمَئِذٍ
Dari Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata:
Rasulullah ﷺ bersabda kepada Abu Bakar: “Sesungguhnya aku telah diizinkan untuk berhijrah.”
Abu Bakar pun berkata: “Teman perjalanan, wahai Rasulullah?”
Rasulullah ﷺ menjawab: “Ya, teman perjalanan.”
Aisyah berkata: “Demi Allah, aku belum pernah tahu bahwa ada orang yang menangis karena bahagia, sampai aku melihat Abu Bakar menangis pada hari itu.” (Shahih al-Bukhari, no. 3905, Kitab: Manaqib al-Anshar)
Di malam hari, Rasulullah ﷺ meminta Ali bin Abi Thalib untuk tidur di ranjang beliau, sebagai strategi mengecoh para pembunuh Quraisy. Beliau berkata:
"Tidurlah di tempat tidurku dan berselimutlah dengan selimutku ini."
Ali radhiyallahu ‘anhu pun menjalankan amanah besar ini dengan penuh keberanian.
Sumber: Sirah Ibn Hisyam (1/480), Ibnu Katsir dalam al-Bidāyah wa an-Nihāyah (3/223)
2. Misi Rahasia: Bersembunyi di Gua Tsur
Quraisy mengadakan pertemuan di Darun Nadwah. Abu Jahal mengusulkan agar dikirim pemuda dari seluruh kabilah untuk membunuh Nabi secara serentak, agar Bani Hasyim tak mampu membalas dendam.
Allah ﷻ mengungkap makar mereka:
وَإِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِيُثْبِتُوكَ أَوْ يَقْتُلُوكَ أَوْ يُخْرِجُوكَ ۚ وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللَّهُ ۖ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ
"Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menahanmu atau membunuhmu atau mengusirmu..." (QS. Al-Anfal: 30)
Demi menyelamatkan dakwah, Nabi ﷺ dan Abu Bakar bersembunyi selama tiga malam di Gua Tsur.
Ketika Abu Bakar merasa cemas karena mereka berada sangat dekat, Abu Bakar berkata:
“Wahai Rasulullah, seandainya mereka melihat ke bawah arah kaki-kaki mereka, mereka pasti akan menemukan kita.”
Rasulullah ﷺ menenangkannya:
إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا
"Ketika dia berkata kepada sahabatnya: 'Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.'" (QS. At-Taubah: 40)
Sebuah kalimat penuh keyakinan yang layak menjadi penguat jiwa bagi setiap Muslim.
3. Logistik Dakwah: Peran Asma’ binti Abu Bakar
Asma’ binti Abu Bakar – gadis muda pemberani – rutin membawa makanan ke Gua Tsur secara sembunyi-sembunyi, sembari merahasiakan lokasi persembunyian Nabi ﷺ. Ia bahkan memotong sabuknya untuk mengikat perbekalan, dan karena itulah dijuluki:
"Dzatun Nithaqain" Wanita pemilik dua sabuk.
Dari ‘Ā’isyah radhiyallāhu ‘anhā, ia berkata:
Ketika Rasulullah ﷺ dan Abu Bakar keluar (hijrah), Abu Bakar membawa seluruh hartanya—sekitar lima atau enam ribu dirham—bersama beliau. Bersama mereka juga ikut ‘Āmir bin Fuhairah menggembalakan domba-domba untuk menghilangkan jejak kaki. Penunjuk jalan mereka adalah ‘Abdullāh bin Uraiqith, seorang dari Bani Dīl yang masih dalam agama kaum kafir Quraisy, namun mereka percaya padanya. Mereka menitipkan dua kendaraan kepada ‘Abdullāh hingga waktu di Gua Tsur tiba.
Asmā’ binti Abī Bakr datang membawa makanan untuk mereka, dan ia mengikat makanan itu dengan sabuknya.
Rasulullah ﷺ bersabda kepadanya: “Sesungguhnya Allah telah menjadikan sabukmu itu sebagai kebaikan bagimu (dua sabuk).”
Maka ia pun dijuluki: Dzātun Nithāqain yang artinya Wanita Pemilik Dua Sabuk.
(Shahih al-Bukhari, no. 3906, dalam Kitāb Manāqib al-Anshār)
4. Menuju Madinah: Penunjuk Jalan dan Bahaya Mengintai
Rasulullah ﷺ dan Abu Bakar menyewa Abdullah bin Uraiqith, seorang musyrik yang jujur, sebagai penunjuk jalan melalui jalur tak biasa di tengah gurun. Mereka bergerak malam hari dan beristirahat siang hari untuk menghindari deteksi.
Quraisy menawarkan 100 ekor unta bagi siapa saja yang bisa membawa Nabi kembali, hidup atau mati.
Diantara peristiwa yang terjadi pada perjalanan hijrah ke Madinah yaitu kisah Suraqah bin Malik, seorang pemburu ulung, mengejar beliau. Namun setiap kali ia mendekat, kudanya terjerembab dan terbenam.
Akhirnya, ia meminta jaminan keamanan dan Nabi ﷺ berjanji akan memberinya gelang Kisra.
"Engkau akan memakai gelang Kisra (raja Persia)."
Dan janji itu tergenapi di masa kekhalifahan Umar, ketika Persia ditaklukkan dan Suraqah mengenakan gelang Kisra. (Shahih al-Bukhari no. 3613)
5. Menyentuh Tanah Madinah: Cahaya Islam Menyebar
Setelah perjalanan hampir 8 hari, Nabi ﷺ tiba di Quba’, pinggiran Madinah, dan tinggal selama empat hari. Di sana beliau membangun Masjid Quba, masjid pertama dalam Islam.
Allah ta'ala berfirman:
لَمَسْجِدٌ أُسِّسَ عَلَى ٱلتَّقْوَىٰ مِنْ أَوَّلِ يَوْمٍ
"...Masjid yang didirikan atas dasar takwa dari pertama kali..." (QS. At-Taubah: 108)
Pada hari Jumat, beliau melanjutkan perjalanan dan shalat Jumat pertama di lembah Bani Salim. Ketika akhirnya tiba di Madinah, unta Nabi ﷺ tiba-tiba berhenti di depan rumah Abu Ayyub al-Anshari, dan Nabi bersabda:
"Biarkan dia (unta), karena dia diperintah."
Maka di sanalah Nabi ﷺ menetap sementara sebelum dibangunnya Masjid Nabawi. (Shahih al-Bukhari no. 3906)
6. Penutup: Jejak Hijrah, Jejak Perjuangan
Hijrah bukan sekadar perpindahan geografis. Ia adalah fase monumental yang mengubah jalannya sejarah Islam. Tahun hijrah ini pun dijadikan patokan kalender Islam (Hijriyah) di masa Umar bin Khattab.
Allah ta'ala berfirman:
إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَٱلَّذِينَ هَاجَرُوا۟ وَجَـٰهَدُوا۟ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ أُو۟لَـٰٓئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَتَ ٱللَّهِ ۚ وَٱللَّهُ غَفُورٌۭ رَّحِيمٌۭ
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah, mereka itulah yang mengharapkan rahmat Allah." (QS. Al-Baqarah: 218)
Dan juga firmanNya:
وَمَن يُهَاجِرْ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ يَجِدْ فِى ٱلْأَرْضِ مُرَٰغَمًۭا كَثِيرًۭا وَسَعَةًۭ ۚ وَمَن يَخْرُجْ مِنۢ بَيْتِهِۦ مُهَاجِرًا إِلَى ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ ثُمَّ يُدْرِكْهُ ٱلْمَوْتُ فَقَدْ وَقَعَ أَجْرُهُۥ عَلَى ٱللَّهِ ۗ وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورًۭا رَّحِيمًۭا
"Dan barang siapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka akan mendapatkan di muka bumi tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak...." (QS. An-Nisa: 100)
Catatan Bagi Jama'ah Umrah
Ziarah bukan sekadar wisata. Ia adalah perjalanan hati, menghidupkan kembali jejak Rasulullah ﷺ yang penuh pengorbanan, cinta, dan strategi dakwah. Hijrah adalah tonggak sejarah yang melahirkan peradaban Islam.
Semoga setiap langkah kita di tanah haram ini menjadi saksi bahwa kita juga siap “berhijrah” meninggalkan dosa, mendekat kepada Allah, dan meneladani Nabi kita tercinta ﷺ dan para sahabat yang mulia, aamiin.
Referensi Utama:
Shahih al-Bukhari: no. 3613, 3653, 3905–3906
Shahih Muslim
Sirah Ibn Hisham
Al-Bidāyah wa an-Nihāyah oleh Ibn Katsir
Adh-Dhahabi – Siyar A‘lam an-Nubala’
Ibn Sa'd – Tabaqat al-Kubra
Oleh: Abu Haneen, Lc
Team redaksi: Miqdad Al Kindi, Lc