Nama-nama Kota Madinah dalam Al-Qur’an dan Sunnah

Kategori : Umrah, Ditulis pada : 30 Oktober 2025, 14:30:54

 

Bismillah, alhamdulilah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du ....

Setiap kota punya kisah. Tapi di antara sekian banyak kota di muka bumi, hanya segelintir yang disebut secara langsung oleh Allah dalam Al-Qur’an, dan disanjung oleh lisan Nabi ﷺ dalam hadits-hadits yang sahih.

Salah satunya adalah Madinah al-Munawwarah, kota suci yang menjadi tempat hijrah, tempat tinggal Rasulullah ﷺ selama sepuluh tahun, dan tempat bersemayam jasad beliau yang mulia.

Madinah bukan hanya sebuah kota di jazirah Arab. Ia adalah kota suci yang Allah muliakan dengan hijrahnya Rasulullah ﷺ, tempat berdirinya masyarakat Islam pertama, dan pusat penyebaran dakwah tauhid ke seluruh penjuru dunia.

Di sanalah Rasulullah ﷺ membangun masjidnya, menegakkan syariat, dan memimpin kaum muslimin dengan wahyu yang diturunkan kepadanya. Maka Madinah bukan hanya tanah dan bangunan, tetapi simbol iman dan sunnah.

Siapa pun yang menapakkan kaki di bumi Madinah dengan hati yang ikhlas, akan merasakan ketenangan, bukan karena tanahnya semata, tetapi karena di situlah hidup dan wafatnya Nabi yang kita cintai ﷺ, dan di situlah berkumpul para sahabat yang menjadi panutan umat ini.

Dalam sejarah Islam, Madinah memiliki banyak nama yang disebut dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Masing-masing nama menyimpan makna yang dalam dan menggambarkan kemuliaan kota ini. Mari kita menelusuri nama-nama itu, satu per satu sebagai bekal hati sebelum kita melangkah menuju Masjid Nabawi.

 

1. يَثْرِب – Yatsrib

Nama pertama Madinah sebelum datangnya Islam adalah Yatsrib. Nama ini muncul dalam firman Allah Ta’ala:

وَإِذْ قَالَت طَّائِفَةٌ مِّنْهُمْ يَا أَهْلَ يَثْرِبَ لَا مُقَامَ لَكُمْ فَارْجِعُوا

“Dan (ingatlah) ketika segolongan di antara mereka berkata: Wahai penduduk Yatsrib, tidak ada tempat bagimu (di sini), maka kembalilah kamu.”

(QS. Al-Ahzab: 13)

“Yatsrib” adalah nama lama yang dikenal oleh penduduknya di masa jahiliyah. Setelah Rasulullah ﷺ hijrah, beliau tidak menyukai penyebutan kota ini dengan nama tersebut. Dalam hadits disebutkan:

مَنْ قَالَ لِلْمَدِينَةِ يَثْرِبُ، فَلْيَسْتَغْفِرِ اللَّهَ، هِيَ طَيْبَةُ، هِيَ طَابَةُ

“Barangsiapa menyebut Madinah dengan Yatsrib, hendaklah ia memohon ampun kepada Allah, karena sesungguhnya ia adalah Thayyibah, ia adalah Thaabah.”

(HR. Ahmad, 3/64)

Mengapa demikian? Karena kata “Yatsrib” secara bahasa mengandung makna celaan atau keburukan (tempat yang jelek), sedangkan kota ini dimuliakan Allah. Sejak Rasulullah ﷺ hijrah, kota itu berganti nama dan cahaya, menjadi Al-Madīnah al-Munawwarah, “Kota yang bercahaya.”

 

2. المدينة – Al-Madīnah (Kota Nabi ﷺ)

Inilah nama yang paling dikenal dan paling sering disebut dalam Al-Qur’an dan hadits.

Allah berfirman:

مَا كَانَ لِأَهْلِ الْمَدِينَةِ وَمَنْ حَوْلَهُم مِّنَ الْأَعْرَابِ أَن يَتَخَلَّفُوا عَن رَّسُولِ اللَّهِ

“Tidak pantas bagi penduduk Madinah dan orang-orang Arab badui di sekitar mereka untuk tidak ikut bersama Rasulullah...”

(QS. At-Taubah: 120)

Dalam hadits pun Rasulullah ﷺ menegaskan kemuliaan kota ini:

الْمَدِينَةُ حَرَمٌ مَا بَيْنَ عَيْرٍ إِلَى ثَوْرٍ

“Madinah adalah tanah haram (suci) antara bukit ‘Air dan bukit Tsaur.”

(HR. Bukhari dan Muslim)

Dan beliau juga berdoa:

اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الْمَدِينَةَ كَحُبِّنَا مَكَّةَ أَوْ أَشَدَّ

“Ya Allah, jadikanlah kami mencintai Madinah sebagaimana kami mencintai Makkah, bahkan lebih dari itu.”

(HR. Bukhari, no. 1889)

Betapa besar cinta Nabi ﷺ kepada Madinah. Doa beliau menjadi bukti bahwa Madinah bukan hanya tempat tinggal, tetapi tempat cinta dan ketenangan hati.

 

3. الدَّارُ وَالإِيمَانُ – Ad-Dār wal Īmān (Rumah dan Iman)

Nama lain Madinah disebut dalam firman Allah:

وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِن قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ

“Dan orang-orang yang telah menempati kota (Madinah) dan beriman sebelum (kedatangan kaum Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka.”

(QS. Al-Hasyr: 9)

Kata “Ad-Dār wal Īmān” menggambarkan dua hal yang tak terpisahkan di Madinah: tempat tinggal dan keimanan.

Kaum Anshar bukan hanya memberi tempat untuk kaum Muhajirin, tapi juga membuka dada dan iman untuk mereka. Maka Madinah menjadi “Rumah bagi Iman” , tempat iman tumbuh dan berkembang, tempat ukhuwah Islamiyah tumbuh indah di bawah cahaya wahyu.

 

4. طَيِّبَة – Thayyibah (Kota yang Suci dan Harum)

Nama yang lembut dan penuh keindahan. Rasulullah ﷺ bersabda:

هَذِهِ طَيِّبَةُ، هَذِهِ طَيِّبَةُ، هَذِهِ طَيِّبَةُ

“Inilah Thayyibah, inilah Thayyibah, inilah Thayyibah.”

(HR. Muslim, no. 1363)

Kata “Thayyibah” bermakna baik, suci, bersih, dan harum.

Bumi Madinah memang harum secara maknawi dan hakiki. Di sanalah Nabi ﷺ dimakamkan, di sanalah wahyu terakhir diturunkan, dan di sanalah iman menyebar ke seluruh penjuru dunia.

 

5. طَابَة – Thābah

Nama ini juga berasal dari kata yang sama dengan Thayyibah, bermakna kebaikan dan kesucian. Dalam hadits shahih disebutkan:

هَذِهِ طَابَةُ

“Ini adalah Thaabah.”

(HR. Bukhari dan Muslim)

Rasulullah ﷺ mengucapkannya ketika kembali dari perang Tabuk, lalu memandang Madinah dari kejauhan. Seolah-olah hati beliau bergetar karena rindu yang dalam kepada tanah suci itu.

Thaabah; kota yang menenangkan jiwa, membuat rindu bahkan sebelum kita meninggalkannya.

 

6. دَارُ الْهِجْرَة – Dāru al-Hijrah (Kota Hijrah)

Sebelum hijrah dari Makkah ke Madinah, Rasulullah ﷺ telah diberi isyarat oleh Allah tentang kota ini. Beliau bersabda:

أُرِيتُ دَارَ هِجْرَتِكُمْ ذَاتَ نَخْلٍ بَيْنَ لَابَتَيْنِ

“Aku diperlihatkan tempat hijrah kalian, sebuah tempat yang memiliki banyak pohon kurma di antara dua tanah berbatu hitam.”

(HR. Bukhari, no. 3906)

Itulah Madinah; tempat hijrah, tempat awal peradaban Islam tegak.

Dari sinilah cahaya Islam memancar ke seluruh dunia. Maka siapa pun yang menginjak bumi ini seakan menapaki jejak hijrah Rasulullah ﷺ, meneguhkan tekad untuk berhijrah dari dosa menuju taqwa.

 

7. مَأْرِزُ الإِيمَان – Ma’rizul Īmān (Benteng Iman)

Sebuah nama yang penuh makna dan kekuatan. Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّ الإِيمَانَ لَيَأْرِزُ إِلَى الْمَدِينَةِ كَمَا تَأْرِزُ الْحَيَّةُ إِلَى جُحْرِهَا

“Sesungguhnya iman akan kembali dan bernaung ke Madinah sebagaimana ular kembali ke lubangnya.”

(HR. Bukhari, no. 1876; Muslim, no. 147)

Maknanya: ketika fitnah dan kekacauan merajalela di dunia, iman akan berlindung di Madinah. Kota ini menjadi benteng, pelindung, dan tempat persemaian iman hingga hari kiamat.

 

Penutup: Pesan untuk Jamaah Umrah

Wahai para tamu Allah, wahai pencinta Rasulullah ﷺ,

Ketika Anda melangkahkan kaki ke Madinah, sadarlah bahwa Anda sedang masuk ke kota yang dicintai oleh Nabi, didoakan keberkahannya, dan menjadi benteng iman hingga akhir zaman.

Jagalah adab di Madinah. Rendahkan suara di dekat makam Nabi ﷺ sebagaimana diperintahkan Allah dalam Surah al-Hujurāt. Perbanyaklah shalawat dan doa, namun jangan berdoa kepada Nabi ﷺ, melainkan kepada Allah semata. Karena ziarah ke Madinah bukan untuk mencari berkah dari tempat semata, tapi juga untuk meneladani Sunnah Rasulullah ﷺ, berusaha menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya dan menguatkan tauhid kepada Allah.

Dan semoga sebagaimana Allah telah memberi kita taufik untuk sampai ke tanah hijrah Nabi ﷺ di dunia, Allah juga mempertemukan kita dengan beliau di surga kelak di tempat yang mulia, bersama orang-orang yang beriman dan mengikuti sunnah beliau dengan benar.

اللَّهُمَّ ارْزُقْنَا حُبَّ نَبِيِّكَ وَاتِّبَاعَ سُنَّتِهِ، وَاحْشُرْنَا فِي زُمْرَتِهِ فِي الْجَنَّة

“Ya Allah, karuniakan kepada kami cinta kepada Nabi-Mu dan kemampuan untuk mengikuti sunnahnya, serta kumpulkan kami bersama beliau di surga.”

 

Wallāhu a‘lam bish-shawāb....

 

 

Oleh: Abu Haneen 

Team redaksi: Miqdad Al Kindi, Lc 

Chat Dengan Kami
built with : https://erahajj.co.id