Maqbarah Syuhada Uhud

Kategori : Umrah, Ditulis pada : 14 November 2025, 11:32:11

 

Bismillah, alhamdulilah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah ....

 

Tidak jauh dari pusat Kota Madinah Al-Munawwarah, sekitar lima setengah kilometer ke arah utara, berdiri sebuah gunung besar berwarna kemerahan: Jabal Uhud.

 

Gunung ini tidak hanya sekedar bentangan batu, tapi saksi sejarah agung. Di sinilah darah para pahlawan Islam mengalir demi mempertahankan agama Allah. Di sinilah 70 sahabat mulia gugur sebagai syuhada pada Perang Uhud, perang yang mengguncang iman dan kesabaran kaum Muslimin.

 

Setiap jamaah umrah yang menapakkan kaki di lembah Uhud, sejatinya bukan sedang berwisata, tetapi sedang menziarahi madrasah kehidupan, tempat di mana iman diuji, ketaatan dibuktikan, dan pengorbanan diabadikan.

 

Perang Uhud: Ketika Iman Diuji di Medan Nyata

Perang Uhud terjadi pada hari Sabtu pertengahan bulan Syawwal tahun ke-3 Hijriah, setahun setelah kemenangan kaum Muslimin dalam Perang Badar.

 

Kaum Quraisy yang kalah di Badar menanggung malu besar. Mereka pun menyusun kekuatan baru: tiga ribu pasukan lengkap dengan perisai, kuda, dan senjata berat, menuju Madinah untuk membalas dendam.

 

Rasulullah ﷺ bersama sekitar 700 sahabat keluar dari Madinah menuju kaki Gunung Uhud. Nabi ﷺ menempatkan 50 pemanah di atas bukit kecil bernama Jabal ‘Ainain, yang kini dikenal sebagai Jabal Rumat (Bukit Pemanah).

 

Beliau berpesan tegas:

"Jika kalian melihat kami diserbu oleh burung-burung (yakni binasa), jangan tinggalkan posisi kalian sampai aku kirim utusan. Dan jika kalian melihat kami telah mengalahkan musuh, jangan tinggalkan posisi kalian sampai aku kirim utusan."

(HR. Bukhori no. 4043)

 

Awalnya, strategi Rasulullah ﷺ berjalan sempurna. Kaum Muslimin dengan keberanian luar biasa mampu memukul mundur barisan Quraisy. Panji musuh jatuh satu per satu, hingga pasukan Makkah berlarian kocar-kacir meninggalkan medan. Para sahabat melihat tanda kemenangan yang begitu dekat, debu perang menipis, teriakan “Allahu Akbar” menggema di lembah Uhud.

 

Namun di tengah semangat kemenangan itu, muncul ujian ketaatan. Sebagian pasukan pemanah melihat harta rampasan perang yang ditinggalkan musuh di bawah lembah. Mereka mengira perang sudah selesai, sehingga turun dari bukit untuk mengumpulkan ghanimah.

 

Hanya sedikit yang tetap bertahan di pos. Celah inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh pasukan berkuda Quraisy yang dipimpin Khalid bin Walid (yang saat itu belum masuk Islam). Mereka menyerbu dari arah belakang, mengubah kemenangan menjadi kekacauan.

 

Balik Arah: Ujian Berat di Medan Uhud

Pasukan Muslim terkejut. Barisan mereka terpecah, sebagian bahkan saling berdesakan karena serangan mendadak dari dua arah. Di tengah kekacauan itu, muncul kabar keliru bahwa Rasulullah ﷺ telah wafat. Banyak sahabat yang lemas mendengar kabar itu, namun sebagian tetap teguh, di antaranya Anas bin an-Nadhr رضي الله عنه, yang berkata penuh iman:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعْتَذِرُ إِلَيْكَ مِمَّا صَنَعَ هَؤُلَاءِ (يَعْنِي الْمُسْلِمِينَ)، وَأَبْرَأُ إِلَيْكَ مِمَّا صَنَعَ هَؤُلَاءِ (يَعْنِي الْمُشْرِكِينَ)

“Ya Allah, aku memohon ampun kepada-Mu atas apa yang dilakukan oleh saudara-saudaraku (kaum Muslimin yang mundur), dan aku berlepas diri kepada-Mu dari apa yang dilakukan orang-orang musyrik.”

(HR. Bukhori no. 4044)

Lalu ia maju sendirian menghadapi pasukan Quraisy hingga gugur syahid.

 

Rasulullah ﷺ Terluka

Dalam pertempuran itu, Rasulullah ﷺ sendiri menjadi sasaran. Beliau diserang dari berbagai arah, hingga wajah beliau yang mulia terluka dan gigi beliau patah. Darah mengalir di pipi beliau yang suci. Saat itu beliau bersabda dengan kesedihan mendalam:

كَيْفَ يُفْلِحُ قَوْمٌ شَجُّوا نَبِيَّهُمْ، وَكَسَرُوا رَبَاعِيَتَهُ، وَهُوَ يَدْعُوهُمْ إِلَى اللَّهِ؟

“Bagaimana bisa beruntung suatu kaum yang melukai Nabi mereka, mematahkan giginya, padahal ia menyeru mereka kepada Allah?”

(HR. Muslim no. 1791)

 

Namun meskipun terluka, beliau tetap memimpin dan menenangkan para sahabat, menyeru mereka agar tetap teguh dan tidak mundur.

 

Para Syuhada dan Lokasi Pemakaman

Sekitar 70 sahabat gugur dalam peristiwa itu, termasuk paman Nabi ﷺ Hamzah bin Abdul Muththalib, sahabat Mush’ab bin Umair, Abdullah bin Jahsy, Handzhalah bin Abi ‘Amir (yang dimandikan oleh para malaikat), dan banyak lagi sahabat mulia lainnya.

 

Ketika para sahabat hendak memindahkan jenazah mereka ke tempat lain, Rasulullah ﷺ melarang dan memerintahkan agar mereka dikuburkan di tempat mereka gugur. Dalam hadits Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu disebutkan:

أَنَّ قَتْلَى أُحُدٍ حُمِلُوا مِنْ مَكَانِهِمْ، فَنَادَى مُنَاد رَسُولِ اللَّهِ ﷺ: أَنْ رُدُّوا الْقَتْلَى إِلَى مَصَارِعِهِمْ

“Sesungguhnya para syuhada Uhud sempat dibawa dari tempat gugurnya, lalu seorang penyeru Rasulullah ﷺ berseru: ‘Kembalikan mereka ke tempat mereka gugur!’”

(HR. Ahmad no. 14169, Ibnu Hibban no. 3183)

 

Maka mereka dikuburkan di lereng Gunung Uhud, lokasi yang kini dikenal sebagai Maqbarah Syuhada Uhud.

 

Ziarah ke Kuburan Syuhada Uhud

Bagi jamaah umrah atau haji yang berkesempatan mengunjungi lokasi ini, dianjurkan membaca doa ziarah kubur sebagaimana diajarkan Rasulullah ﷺ salah satu teksnya adalah:

السَّلَامُ عَلَى أَهْلِ الدِّيَارِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُسْلِمِينَ، وَيَرْحَمُ اللهُ الْمُسْتَقْدِمِينَ مِنَّا وَالْمُسْتَأْخِرِينَ، وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللهُ بِكُمْ لَلَاحِقُونَ

“Keselamatan bagi para penghuni kuburan dari kaum mukminin dan muslimin. Semoga Allah merahmati orang-orang yang telah lebih dahulu dan yang kemudian. Dan kami, insya Allah, akan menyusul kalian.”

(HR. Muslim no. 975)

 

Gunung Uhud bukan sekedar batu dan tanah merah, ia adalah monumen iman, saksi bisu antara taat dan tergoda, antara sabar dan ujub, antara kemenangan dan ujian. Nabi ﷺ bersabda tentang gunung ini:

هَذَا أُحُدٌ جَبَلٌ يُحِبُّنَا وَنُحِبُّهُ

“Inilah Gunung Uhud, ia mencintai kami dan kami mencintainya.”

(HR. Bukhari no. 2889, Muslim no. 1365)

 

Banyak sahabat yang gugur, tapi Madinah tetap selamat. Kekalahan Uhud menjadi pelajaran agung: bahwa kemenangan bukan hanya soal jumlah, tapi tentang iman, ketaatan dan kesabaran.

 

Hikmah Ziarah Makam Syuhada Uhud

Ziarah ke makam para syuhada Uhud bukan sekadar ritual, tapi sarana tazkiyatun nafs, penyucian jiwa.

Rasulullah ﷺ sendiri sering menziarahi mereka, mendoakan mereka dengan penuh haru.

 

Ziarah ini mengajarkan beberapa hal penting:

1. Mengingat Kematian dan Akhirat

Nabi ﷺ bersabda:

زُورُوا الْقُبُورَ فَإِنَّهَا تُذَكِّرُكُمُ الْمَوْتَ

“Ziarahilah kubur, karena itu akan mengingatkan kalian kepada kematian.”

(HR. Muslim no. 976)

 

2. Meneladani Pengorbanan

Para syuhada mengorbankan segalanya demi tegaknya agama.

Ziarah ke Uhud seharusnya menumbuhkan semangat dakwah, keikhlasan, dan rasa malu bila kita malas beramal.

 

3. Meneguhkan Tauhid

Ziarah kubur dilakukan dengan doa dan tadabbur, bukan dengan meminta atau mengharap pertolongan kepada yang sudah wafat.

Hanya Allah yang berhak diminta, sebagaimana firman-Nya:

وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَدًا

“Dan sesungguhnya masjid-masjid itu milik Allah, maka janganlah kamu menyembah siapa pun di samping (menyembah) Allah.”

(QS. Al-Jinn: 18)

 

Adab Ziarah dan Doa di Makam Syuhada Uhud

Saat berziarah ke makam Syuhada Uhud, jagalah adab:

  • Datang dengan tenang, berpakaian sopan, tanpa selfie berlebihan.
  • Berdiri menghadap kuburan dengan hati khusyuk.
  • Ucapkan salam dan doa seperti yang diajarkan Nabi ﷺ:

السَّلَامُ عَلَى أَهْلِ الدِّيَارِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُسْلِمِينَ، وَيَرْحَمُ اللهُ الْمُسْتَقْدِمِينَ مِنَّا وَالْمُسْتَأْخِرِينَ، وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللهُ بِكُمْ لَلَاحِقُونَ

“Keselamatan bagi para penghuni kuburan dari kaum mukminin dan muslimin.

Semoga Allah merahmati orang-orang yang lebih dahulu dan yang kemudian.

Dan kami insya Allah akan segera menyusul kalian.” (HR. Shahih Muslim, no. 975)

  • Tidak perlu mengusap pagar makam, menempelkan badan ke pagar, atau berdoa langsung kepada penghuni kubur. Cukuplah doakan dan renungkan, karena yang dibutuhkan para syuhada adalah doa dari kita bukan permohonan kepada mereka.

 

 

 

Wallahu ta’ala a’lam bis showab ....

 

 

Sumber: 

Ar-Rahiqul Makhtum karya Shafiyyur Rahman Al-Mubarokfuri, dengan penyesuaian.

 

 

 

Oleh: Abu Haneen, Lc

Team redaksi: Miqdad Al Kindi, Lc 

Chat Dengan Kami
built with : https://erahajj.co.id