Pintu-Pintu Masjid Nabawi
Bismillah, alhamdulilah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du ....
Masjid Nabawi, atau yang dikenal juga sebagai Al-Haram An-Nabawi, adalah salah satu masjid yang memiliki nilai sejarah dan keagamaan yang sangat tinggi dalam Islam. Terletak di kota Madinah Al-Munawwarah, masjid ini merupakan tempat suci kedua bagi umat Islam setelah Masjidil Haram di Mekkah. Tidak hanya berfungsi sebagai pusat ibadah, Masjid Nabawi juga menjadi saksi sejarah perjalanan Rasulullah ﷺ dan para sahabat dalam menegakkan dakwah Islam.
Bagi jamaah umrah dan haji, berkunjung ke Masjid Nabawi bukan sekedar menunaikan ibadah shalat, tetapi juga kesempatan untuk menelusuri jejak sejarah dan keagungan masjid yang telah menjadi tempat berlindung, pembelajaran, serta berkumpulnya umat Islam dari berbagai belahan dunia. Salah satu aspek menarik yang sering luput dari perhatian banyak jamaah adalah pintu-pintu Masjid Nabawi. Setiap pintu bukan hanya jalur masuk, tetapi juga menyimpan sejarah panjang dan makna spiritual tersendiri.
Sejarah Pintu-Pintu Masjid Nabawi
Pada saat Rasulullah ﷺ tiba di Madinah sebagai seorang Muhajir, beliau membangun Masjid Nabawi pada tahun pertama Hijriyah di samping rumahnya, setelah sebelumnya membangun Masjid Quba. Awalnya, masjid ini hanya memiliki tiga pintu, yaitu:
- Pintu Selatan – Saat itu kiblat masih menghadap ke Baitul Maqdis. Pintu ini kemudian dipindahkan ke sisi utara setelah perintah perubahan kiblat ke Ka’bah.
- Pintu Timur – Dikenal sebagai Bab an-Nabi, dan juga disebut Bab Utsman karena berdekatan dengan rumah Utsman bin Affan رضي الله عنه. Pintu ini kemudian lebih dikenal dengan sebutan Bab Jibril, karena menurut riwayat, Jibril ﷺ datang melalui pintu ini saat memberikan perintah kepada Rasulullah ﷺ terkait Perang Bani Quraizhah.
- Pintu Barat – Awalnya disebut Bab ‘Atikah, karena berdekatan dengan rumah seorang wanita Quraisy, ‘Atikah binti Abdullah bin Yazid bin Mu’awiyah. Saat ini dikenal sebagai Bab ar-Rahmah.
Seiring perkembangan zaman dan perluasan masjid, jumlah pintu meningkat. Pada masa Khalifah Umar bin Khattab رضي الله عنه, jumlah pintu bertambah menjadi enam: dua di timur (Bab Jibril dan Bab Nisa’/Wanita), dua di barat (Bab ar-Rahmah dan Bab as-Salam), dan dua di utara yang namanya tidak tercatat.
Perluasan berikutnya pada masa Khalifah Al-Mahdi Abbasiyah menambah jumlah pintu menjadi 24 pintu, sedangkan pada masa Mamluk, sebagian besar pintu ditutup dan hanya empat pintu utama yang dipertahankan: Bab Jibril, Bab an-Nisa, Bab as-Salam, dan Bab ar-Rahmah.
Kemudian, pada masa Sultan Abdul Majid I, ditambahkan Bab Majidi atau Bab at-Tawassul di sisi utara, sehingga menjadi lima pintu utama. Perluasan Saudi pertama mempertahankan pintu-pintu ini dan menambahkan beberapa pintu baru, termasuk Bab Raja Abdul Aziz, Bab Raja Saud, Bab Sayyidina Umar, Bab Sayyidina Utsman, dan Bab as-Siddiq.
Perluasan modern menghasilkan 85 pintu yang tersebar di 41 akses masuk, baik pintu tunggal maupun berkelompok, termasuk pintu khusus wanita dan akses ke tangga listrik. Pintu-pintu modern ini dibuat dari kayu berkualitas tinggi, dilapisi perunggu, dan dihiasi tulisan “Muhammad Rasulullah ﷺ” serta ayat Al-Qur’an “Masuklah dengan aman dan selamat”.
Keistimewaan Setiap Pintu
Setiap pintu Masjid Nabawi memiliki sejarah dan keistimewaan yang unik:
Bab Jibril: Tempat Nabi ﷺ sering masuk, sekaligus terkait dengan peristiwa penting dalam sejarah dakwah Islam.
Bab ar-Rahmah: Nama ini mengingatkan akan kasih sayang Allah dan selalu dikunjungi jamaah yang ingin memohon rahmat-Nya.
Bab Wanita: Memastikan wanita memiliki akses khusus yang nyaman dan aman.
Bab as-Salam: Terpanjang dan tercantik, berhadapan langsung dengan area tempat memberi salam kepada Rasulullah ﷺ.
Bab Majidi: Simbol perluasan pada era Ottoman, mencerminkan perhatian pemimpin terhadap pemeliharaan masjid.
Selain fungsi praktis, pintu-pintu ini juga menjadi simbol kesinambungan sejarah, dari masa Rasulullah ﷺ hingga era modern, menandai setiap periode perluasan dan perbaikan masjid.
Fakta Menarik dan Keutamaan Masjid Nabawi
Masjid Nabawi bukan sekadar tempat shalat, tetapi memiliki banyak keutamaan:
- Salah satu dari tiga masjid yang disunnahkan untuk diziarahi: Masjidil Haram, Masjid Nabawi, dan Masjid Al-Aqsa.
- Shalat di Masjid Nabawi setara dengan seribu shalat di masjid lain, kecuali Masjidil Haram.
- Raudhah Syarifah: Ruang di antara makam Rasulullah ﷺ dan mimbar beliau, dianggap sebagai bagian dari taman surga.
- Makam para sahabat terkemuka: Abu Bakar as-Siddiq dan Umar bin Khattab berada di komplek Masjid Nabawi, menambah dimensi sejarah dan keagamaan bagi jamaah.
- Tempat belajar dan beribadah: Barang siapa datang dengan niat menuntut ilmu, mengajarkannya atau beribadah, ibarat seorang mujahid di jalan Allah.
Manfaat memahami Pintu-Pintu Masjid Nabawi
Memahami pintu-pintu ini memberikan beberapa manfaat praktis:
- Penataan alur jamaah: Misalnya, jika Anda membawa rombongan atau keluarga, mengetahui pintu mana yang “ramah wanita”, atau pintu yang tidak terlalu ramai sangat membantu.
- Menghindari kepadatan: Salah satu pintu utama seperti Bab as-Salam sering sangat ramai karena berhadapan langsung dengan makam Nabi ﷺ. Mengetahui alternatif pintu bisa membuat pengalaman lebih tenang.
- Penghormatan terhadap sejarah & tempat: Pintu-pintu itu bukan sekedar jalan masuk, mereka membawa nilai sejarah, simbolik dan spiritual. Jika jamaah mengetahui bahwa pintu tersebut memiliki nama sahabat atau peristiwa tertentu, maka langkah masuknya menjadi lebih dihargai.
- Orientasi lokasi akomodasi: Jika Anda memilih hotel di Madinah, mengetahui arah pintu utama, pintu wanita, pintu tangga/lantai atas bisa membantu dalam memilih lokasi yang strategis, lebih dekat ke pintu tertentu agar akses ke masjid lebih mudah.
Tips Praktis Masuk ke Masjid Nabawi Sekarang
- Tanyakan nomor atau nama pintu: Banyak panduan online menampilkan “Gate No. … / Bab …” sehingga waktu tiba di masjid Anda bisa langsung menuju pintu yang sesuai tujuan (shalat, wanita).
- Pilih pintu untuk wanita jika membawa wanita: Ada pintu-pintu khusus yang disebut ditujukan bagi wanita, khususnya di sisi timur dan barat bagian belakang Masjid Nabawi.
- Ketahui waktu ramai: Pintu utama seperti Bab as-Salam dan Bab Jibril bisa sangat penuh saat waktu dhuha, maghrib dan isya. Jika ingin suasana agak sepi, pilih pintu alternatif.
- Gunakan pintu yang dekat dengan akomodasi Anda: Jika hotel Anda di sisi utara masjid, maka pintu-pintu di sisi utara atau timur akan lebih cepat dicapai daripada yang di selatan.
- Sopan dan tertib saat masuk: Walau banyak pintu, semua jamaah memiliki hak yang sama untuk masuk. Hindari lari-lari, berdesakan dan ingat bahwa ini tempat mulia.
Pesan untuk Jamaah Umrah
Sebagai jamaah umrah, mengenal sejarah dan makna pintu-pintu Masjid Nabawi akan menambah kekhusyukan dan kesadaran spiritual saat berada di masjid ini. Memahami letak pintu, keutamaan, serta sejarahnya memungkinkan jamaah:
- Memasuki masjid dengan niat ikhlas dan tertib, sesuai jalur yang disediakan.
- Mengetahui pintu khusus wanita atau jalur masuk tertentu untuk tujuan ibadah.
- Menghayati setiap langkah sebagai bagian dari sunnah dan sejarah Nabi ﷺ serta para sahabat.
- Menghormati nilai-nilai budaya dan sejarah yang dijaga melalui arsitektur dan penataan masjid.
Penutup
Masjid Nabawi bukan sekedar bangunan fisik, melainkan simbol sejarah, keimanan, dan spiritualitas umat Islam. Pintu-pintu masjid mencerminkan perjalanan panjang dari zaman Rasulullah ﷺ hingga era modern, sekaligus menjadi saksi keagungan Islam dan perhatian para pemimpin terhadap pemeliharaan tempat suci ini.
Bagi jamaah umrah, memahami setiap pintu bukan hanya menambah pengetahuan, tetapi juga meningkatkan kekhusyukan dan penghormatan saat menunaikan ibadah di Masjid Nabawi. Dengan langkah yang tertib dan niat yang tulus, setiap pintu yang dilalui menjadi bagian dari pengalaman spiritual yang tak terlupakan, sekaligus menghubungkan jamaah dengan sejarah dan keberkahan masjid yang mulia ini.

Sumber:
Muhammad Abu Shahba, Sirah Nabawiyah ‘ala Daw’ al-Qur’an wa as-Sunnah, halaman 30–31. Disesuaikan.
“Pintu-Pintu Masjid Nabawi”, Lembaga Umum Urusan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, diakses pada 17/11/2022. Disesuaikan.
Ayub Sabri Basha, Mausu’at Mir’aat al-Haramayn ash-Sharifayn wa Jazirat al-‘Arab, halaman 313. Disesuaikan.
Muhammad Bashir as-Sahsuwani, Siyanat al-Insan ‘an Waswasat al-Syaikh Dahlan, halaman 22–23. Disesuaikan.
Oleh: Abu Haneen
Team redaksi: Miqdad Al Kindi, Lc
