Ziarah Makam Nabi Muhammad ﷺ

Kategori : Umrah, Ditulis pada : 25 November 2025, 12:01:20

 

Bismillah, alhamdulilah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du ....

Segala puji bagi Allah Ta'ala yang telah memuliakan umat ini dengan diutusnya Nabi Muhammad ﷺ sebagai penutup para rasul dan pembawa petunjuk yang sempurna. Kota Madinah adalah tempat yang penuh keberkahan, di sinilah Rasulullah ﷺ berhijrah, menegakkan tauhid, menanamkan iman, dan menegakkan syariat Allah di muka bumi.

Setiap muslim yang Allah beri taufik untuk sampai ke Madinah tentu merasakan nikmat besar: berada di kota Nabi ﷺ, shalat di masjid beliau, dan berziarah ke makam beliau yang mulia. Namun, seorang mukmin yang berpegang kepada sunnah memahami bahwa ziarah kepada Nabi ﷺ adalah ibadah yang harus dibangun di atas ilmu, bukan perasaan semata.

Cinta kepada Rasulullah ﷺ bukan diukur dengan air mata atau sikap berlebihan di hadapan makamnya, tetapi dengan ketaatan kepada ajaran beliau dan menjauhi semua bentuk ghuluw (pengkultusan) yang beliau sendiri telah larang.

Rasulullah ﷺ bersabda:

لَا تُطْرُونِي كَمَا أَطْرَتِ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ، فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدٌ، فَقُولُوا: عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ

“Janganlah kalian berlebihan memujiku sebagaimana orang Nasrani berlebihan terhadap Isa putra Maryam. Aku hanyalah seorang hamba, maka katakanlah: hamba Allah dan Rasul-Nya.”(HR. Bukhori no. 3445)

Karena itu, ziarah ke makam Nabi ﷺ bukan untuk mencari berkah dari tanahnya, bukan untuk berdoa kepadanya, dan bukan pula untuk memohon syafaat langsung darinya. Ziarah itu disyariatkan agar kita menyampaikan salam, mendoakan beliau, dan memperbarui kecintaan dengan cara yang benar, sebagaimana tuntunan Nabi ﷺ.

Maka, hendaknya setiap jamaah memahami bahwa ziarah yang sesuai sunnah adalah ziarah yang berlandaskan tauhid dan adab, bukan ziarah yang diwarnai bid‘ah dan ghuluw. Sebab, cinta sejati kepada Nabi ﷺ adalah ittibā‘ (mengikuti beliau), bukan ibtidā‘ (mengada-adakan amalan baru).

Sebagaimana firman Allah Ta‘ālā:

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

“Katakanlah (wahai Muhammad): Jika kalian mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(QS. Ali Imron: 31)

 

Letak dan Sejarah Singkat Kubur Nabi ﷺ

Makam Rasulullah ﷺ terletak di dalam Masjid Nabawi, tepatnya di bagian tenggara, di bawah kubah hijau (al-qubbah al-khaḍrā’) yang sangat dikenal oleh jamaah dari seluruh dunia.

Awalnya, Rasulullah ﷺ dimakamkan di kamar (ḥujrah) milik ‘Aisyah رضي الله عنها, tempat dimana beliau wafat. Setelah wafatnya Abu Bakr ash-Shiddiq رضي الله عنه, dan ‘Umar bin al-Khatthab رضي الله عنه, keduanya dimakamkan di samping beliau, sesuai izin dari ‘Aisyah رضي الله عنها, Maka di dalam kamar itu kini terdapat tiga makam mulia:

  1. Makam Rasulullah ﷺ,
  2. Makam Abu Bakr ash-Shiddiq رضي الله عنه,
  3. Makam ‘Umar bin al-Khatthab رضي الله عنه.

IMG-20251110-WA0002.jpg

Makam itu terpisah dari area shalat, dibatasi dengan dinding dan pagar besi berlapis, untuk menjaga kehormatan dan menghindari fitnah syirik. Tidak ada yang bisa melihat langsung jasad atau bentuk makamnya, dan itu adalah bagian dari penjagaan Allah Ta'ala agar umat tidak terjatuh dalam pengultusan.

Ibnu Hajar al-‘Asqalani dalam Fathul Bari (7/692) menjelaskan:

وَاتَّفَقُوا عَلَى أَنَّهُ ﷺ دُفِنَ فِي حُجْرَةِ عَائِشَةَ، وَذَلِكَ أَنَّهُ قَالَ: لَا يُقْبَضُ نَبِيٌّ إِلَّا دُفِنَ حَيْثُ يُقْبَض

 “Ulama sepakat bahwa Nabi ﷺ dimakamkan di kamar ‘Āisyah, karena beliau bersabda: ‘Tidaklah seorang nabi wafat melainkan dimakamkan di tempat ia wafat.’”

(HR. Tirmidzi dan Ahmad)

 

Keutamaan Menziarahi Makam Nabi ﷺ

Ziarah ke makam Rasulullah ﷺ adalah amal mulia dan tanda cinta yang benar kepada beliau. Banyak ulama salaf dan khalaf yang menegaskan disyariatkannya ziarah ke makam beliau, bukan sebagai ibadah tersendiri, tetapi sebagai bentuk penghormatan dan doa.

Nabi ﷺ bersabda:

مَا مِنْ أَحَدٍ يُسَلِّمُ عَلَيَّ إِلَّا رَدَّ اللَّهُ عَلَيَّ رُوحِي حَتَّى أَرُدَّ عَلَيْهِ السَّلَامَ

“Tidaklah seorang pun mengucapkan salam kepadaku melainkan Allah mengembalikan ruhku kepadaku hingga aku membalas salamnya.”

(HR. Abu Dawud no. 2041)

Hadits ini menjadi dalil bahwa mengucapkan salam kepada Nabi ﷺ baik di dekat makam beliau maupun dari jauh, semua didengar dan dibalas oleh beliau ﷺ dengan izin Allah.

 

Hukum dan Niat Menziarahi Makam Nabi ﷺ

Para ulama Ahlus Sunnah menjelaskan bahwa ziarah ke makam Nabi ﷺ hukumnya sunnah muakkadah, terutama bagi jamaah yang sudah sampai ke Madinah. Namun, tujuan utama bepergian (safar) tetaplah shalat di Masjid Nabawi, bukan semata-mata untuk berziarah.

Rasulullah ﷺ bersabda:

لَا تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلَّا إِلَى ثَلَاثَةِ مَسَاجِدَ: الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ، وَمَسْجِدِي هَذَا، وَالْمَسْجِدِ الْأَقْصَى

“Tidak boleh melakukan perjalanan jauh kecuali menuju tiga masjid: Masjidil Haram, masjidku ini, dan Masjid al-Aqsha.”

(Muttafaq ‘alaih)

Maka niat utama safar ke Madinah adalah untuk shalat di Masjid Nabawi, sebagaimana dituntunkan dalam hadits ini. Setelah berada di sana, maka menziarahi makam Nabi ﷺ menjadi bagian dari adab dan cinta, bukan tujuan safar yang berdiri sendiri.

 

Tata Cara Ziarah Sesuai Sunnah

Berikut panduan praktis menziarahi makam Nabi ﷺ yang bisa diikuti jamaah:

1. Persiapkan niat yang lurus

Niatkan ziarah sebagai bentuk cinta, penghormatan, dan doa, bukan untuk meminta hajat kepada beliau atau mengharap pertolongan darinya, karena hanya Allah-lah yang memberi manfaat dan mudarat.

2. Masuk dari pintu Bab as-Salam

Masuklah dengan tenang, berpakaian sopan, menjaga suara, dan hati yang khusyuk. Allah Ta'ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kalian mengeraskan ucapanmu kepadanya sebagaimana kerasnya ucapan sebagian kalian terhadap sebagian yang lain, agar tidak gugur amalanmu sedangkan kamu tidak menyadarinya.” (QS. al-Ḥujurāt: 2)

3. Sampaikan salam kepada Nabi

Berdirilah di depan pagar (bukan menempel), menghadap ke arah makam (bukan kiblat), lalu ucapkan dengan tenang:

السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

“Salam sejahtera atasmu, wahai Nabi, rahmat Allah dan berkah-Nya.”

Tidak perlu menunduk berlebihan, tidak perlu mengusap pagar, dinding, atau mengangkat tangan ke arah kubah, karena semua itu tidak dicontohkan oleh Nabi ﷺ maupun para sahabat.

4. Berpindah ke arah kanan untuk memberi salam kepada Abu Bakr dan ‘Umar

Setelah salam kepada Nabi ﷺ, melangkahlah sedikit ke kanan dan ucapkan:

السَّلَامُ عَلَيْكَ يَا أَبَا بَكْرٍ الصِّدِّيقُ، جَزَاكَ اللهُ عَنِ الْإِسْلَامِ وَالْمُسْلِمِينَ خَيْرًا

Lalu bergeser sedikit lagi dan ucapkan:

السَّلَامُ عَلَيْكَ يَا عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ، جَزَاكَ اللهُ عَنِ الْإِسْلَامِ وَالْمُسْلِمِينَ خَيْرًا

5. Jangan berdoa kepada Nabi

Inilah perbedaan mendasar antara ziarah tauhidiyah (sesuai sunnah) dan ziarah bid‘ah. Jangan memohon hajat kepada Nabi ﷺ, karena doa hanya untuk Allah semata:

وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَدًا

“Dan sesungguhnya masjid-masjid itu milik Allah, maka janganlah kamu berdoa kepada siapa pun bersama Allah.”

(QS. al-Jinn: 18)

IMG-20251110-WA0003.jpg

 

Adab di Sekitar Masjid Nabawi

Selain adab saat berziarah, jamaah hendaknya juga memperhatikan beberapa etika umum di Masjid Nabawi:

  • Shalatlah sebanyak mungkin di sana dengan khusyu', karena keutamaannya besar:

صَلَاةٌ فِي مَسْجِدِي هَذَا خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ صَلَاةٍ فِيمَا سِوَاهُ إِلَّا الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ

“Satu shalat di masjidku ini lebih baik dari seribu shalat di masjid lainnya, kecuali Masjidil Haram.”(HR. Bukhori no. 1190)

  • Berlelah-lelah di Masjid dan perbanyak dzikir, doa, belajar dan membaca Al-Qur’an.
  • Hindari berdesakan dan bersuara keras.
  • Jangan mengambil foto, video di area makam, karena itu tidak sopan dan mengganggu kekhusyukan diri sendiri dan orang lain.

 

Penutup

Ziarah ke makam Rasulullah ﷺ bukan sekedar perjalanan fisik, tetapi perjalanan hati menumbuhkan cinta, meneladani sunnah, dan memperbarui janji ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya.

Ziarah yang benar bukan dengan air mata semata, tetapi dengan ketaatan, akhlak, dan semangat menegakkan sunnah beliau ﷺ dalam kehidupan.

Semoga Allah menjadikan ziarah kita sebagai sebab bertambahnya iman dan cinta kepada Nabi ﷺ, bukan hanya ritual emosional tanpa bimbingan ilmu.

اللَّهُمَّ لَا تَجْعَلْ زِيَارَتَنَا هَذِهِ آخِرَ الْعَهْدِ بِمَسْجِدِ نَبِيِّكَ، وَارْزُقْنَا زِيَارَتَهُ مَرَّاتٍ عِدَّةً وَنَحْنُ فِي خَيْرٍ وَعَافِيَةٍ

“Ya Allah, jangan jadikan ziarah ini sebagai yang terakhir ke masjid Nabi-Mu, dan karuniakan kepada kami kesempatan kembali ke sini dalam kebaikan dan keselamatan.”

اللهم صلِّ على محمدٍ وعلى آله وصحبه وسلِّم

Wallahu a’lam bis showab ....

 

 

Sumber: 

https://hajjumrahplanner.com/ar dengan penyesuaian

 

 

 

Oleh: Abu Haneen 

Team redaksi: Miqdad Al Kindi, Lc 

Chat Dengan Kami
built with : https://erahajj.co.id