Raudhah Asy-Syariifah
Bismillah, alhamdulilah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du ....
Di jantung Masjid Nabawi, di antara rumah ‘Aisyah dan mimbar Rasulullah ﷺ, terdapat satu tempat yang membuat hati kaum mukmin bergetar setiap kali namanya disebut: Raudhah asy-Syarifah. Sebuah area kecil, tapi keutamaannya melampaui lautan dan daratan dunia. Rasulullah ﷺ sendiri bersabda:
مَا بَيْنَ بَيْتِي وَمِنْبَرِي رَوْضَةٌ مِنْ رِيَاضِ الْجَنَّةِ
“Antara rumahku dan mimbarku terdapat taman di antara taman-taman surga.”
(HR. al-Bukhārī no. 1195, Muslim no. 1390)
Ungkapan ini bukan sekadar metafora indah. Para ulama salaf dan ahli hadits memandang bahwa kalimat ini memiliki kedalaman makna yang menegaskan hubungan erat antara ibadah, tempat, dan akhirat. Maka, memahami Raudhah bukan sekedar memahaminya sebagai lokasi ziarah, tetapi juga memahami bagaimana syariat mengarahkan hati seorang mukmin agar mencintai ibadah dan menempuh jalan menuju surga.
Letak dan Batas Raudhah
Secara historis dan fisik, Raudhah terletak di dalam Masjid Nabawi yang mulia. Yaitu:
- Dari sisi timur, ia dibatasi oleh hujrah Ummul Mukminin ‘Aisyah رضي الله عنها rumah tempat dimakamkannya Rasulullah ﷺ dan dua sahabat agung, Abu Bakr dan ‘Umar رضي الله عنهما.
- Dari sisi barat, batasnya adalah minbar Rasulullah ﷺ.
- Dari selatan, ia berbatasan dengan dinding masjid tempat terdapat mihrab Nabi ﷺ.
- Dan dari utara, garis batasnya membentang dari ujung rumah ‘Aisyah رضي الله عنها ke arah barat sampai ke mimbar.
Tempat ini dihiasi dengan tiang-tiang khas yang dikenal sebagai asathin, seperti Asāṭīn al-Muhājirīn (tiang kaum Muhajirin) atau Asāṭīn at-Taubah, tempat Abu Lubabah mengikat dirinya karena menyesal sebelum Allah menerima taubatnya. Tiang-tiang ini bukan sekedar struktur arsitektur, tetapi juga saksi bisu sejarah perjuangan dan ibadah Rasulullah ﷺ serta para sahabat beliau.

Makna Hadits: “Raudhah min Riyadhil Jannah”
Hadits ini menjadi fondasi utama dalam menjelaskan kemuliaan Raudhah. Para ulama salaf dan ahli syarah hadits menafsirkan sabda Rasulullah ﷺ ini dalam tiga makna utama:
1. Sebagai Perumpamaan
Maksudnya: tempat ini seperti taman surga karena di dalamnya turun rahmat, kebahagiaan, dan ketenangan bagi mereka yang beribadah.
Ibn Ḥajar al-‘Asqalānī dalam Fatḥ al-Bārī (4/100) menjelaskan:
“Yaitu, seperti taman surga karena di situ turun rahmat dan kebahagiaan bagi orang-orang yang melazimi dzikir dan ibadah.”
2. Sebagai Jalan Menuju Surga
Imam an-Nawawī dalam Syarh Muslim (9/161) berkata:
“Maknanya, bahwa ibadah di tempat ini merupakan sebab yang mengantarkan seseorang menuju surga.”
3. Makna Hakiki
Sebagian ulama berpendapat bahwa bagian bumi ini secara nyata akan dipindahkan ke surga kelak. Sebagaimana mimbar Nabi ﷺ akan dipindahkan ke Haudh (telaga) beliau pada hari kiamat.
Ketiga penafsiran ini tidak saling menafikan, namun saling melengkapi. Yang pasti, semuanya menegaskan bahwa Raudhah adalah tempat yang diberkahi, penuh rahmat, dan memiliki hubungan langsung dengan kenikmatan surga.
Kedudukan Raudhah dalam Ibadah
Bagi seorang muslim, Raudhah bukan tempat mencari berkah dengan mengusap tembok atau memperebutkan ruang shalat. Tapi, sebagaimana dijelaskan para ulama Ahlus Sunnah, keutamaannya terletak pada ibadah yang dilakukan di sana shalat, dzikir, doa, dan tadabbur.
Imam Ibn Batthal berkata dalam Syarh Ṣaḥīḥ al-Bukhārī (3/184):
“Maksud Nabi ﷺ bahwa orang yang shalat dan berzikir di tempat itu seakan berada di taman surga, karena amalnya mengantarkan ke surga.”
Karena itu, Rasulullah ﷺ dahulu sering shalat di dekat salah satu tiang dalam Raudhah. Salamah bin al-Akwa‘ pernah berkata:
“Aku melihat Nabi ﷺ selalu memilih shalat di sisi tiang yang berada dekat mushaf.”
(HR. al-Bukhārī no. 502, Muslim no. 509)
Para sahabat kemudian mengetahui dan mengikuti kebiasaan tersebut. Diriwayatkan bahwa ‘Āisyah رضي الله عنها berkata:
“Seandainya orang-orang tahu keutamaan tiang itu, niscaya mereka akan berebut untuk shalat di sana dengan undian.”
(Diriwayatkan oleh Ibn an-Najjār dalam Tārīkh al-Madīnah)
Apakah Shalat di Raudhah Lebih Utama dari Seluruh Masjid Nabawi?
Ini adalah pertanyaan yang sering muncul di kalangan peziarah.
Jawabannya sebagaimana dijelaskan oleh para ulama salaf; tidak secara mutlak.
- Rasulullah ﷺ bersabda:
صَلَاةٌ فِي مَسْجِدِي هَذَا خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ صَلَاةٍ فِيمَا سِوَاهُ إِلَّا الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ
“Shalat di masjidku ini lebih utama dari seribu shalat di tempat lain, kecuali Masjidil Haram.”
(HR. al-Bukhārī no. 1190)
- Syaikh Ibn Bāz رحمه الله berkata:
“Keutamaan seribu shalat berlaku untuk seluruh bagian Masjid Nabawi, bukan hanya Raudhah. Namun, dianjurkan memperbanyak shalat sunah di Raudhah karena di sanalah turunnya rahmat.”
(Fatāwā Ibn Bāz, 16/103)
- Begitu pula Syaikh Ibn ‘Utsaimīn رحمه الله menegaskan:
“Raudhah memang memiliki keutamaan tersendiri untuk shalat sunah, tapi bagi shalat berjamaah, saf pertama di belakang imam lebih utama daripada berada di Raudhah.”
(Fatāwā Ibn ‘Utsaimīn, 24/344)
Jadi, siapa pun yang datang ke Masjid Nabawi hendaknya memahami adab ini:
- Shalat berjamaah di saf pertama lebih utama.
- Shalat sunnah di Raudhah memiliki nilai lebih, asal tidak dengan memaksakan diri, berdesakan, atau menyakiti orang lain.
Adab dan Sikap Seorang Muslim terhadap Raudhah
Ahlus Sunnah wal Jama‘ah memandang bahwa keutamaan suatu tempat bukan untuk disembah, tapi untuk dijadikan sarana mendekat kepada Allah. Raudhah tidak dijadikan tempat tabarruk (mengambil berkah secara fisik), melainkan tempat ibadah dengan penuh adab dan keikhlasan.
Para ulama salaf menekankan tiga sikap pokok saat berada di Raudhah:
- Tawadhu‘ dan khusyuk, karena ini tempat yang disakralkan oleh syariat, bukan tempat riya’.
- Menjauhi perbuatan bid‘ah, seperti mengusap tiang, mencium dinding, atau menganggap doa di sana pasti dikabulkan.
- Menghindari gangguan, sebab memaksa diri untuk shalat sambil menyakiti jamaah lain termasuk dosa.
Syaikh al-Albani رحمه الله mengingatkan:
“Tidak ada satu pun dalil yang menunjukkan disyariatkannya tabarruk dengan tanah Raudhah. Yang disyariatkan hanyalah memperbanyak ibadah di sana.”
(Tahdzīr as-Sājid, hlm. 90)
Hikmah dan Pesan
Raudhah bukan sekedar destinasi ziarah. Ia adalah simbol perjumpaan antara dunia dan akhirat. Di sanalah tempat Rasulullah ﷺ berdiri, berkhutbah, dan memimpin para sahabat menuju hidayah.
Ketika kita berdiri di atas tanah itu, sesungguhnya kita sedang berdiri di atas sejarah, tempat diturunkannya rahmat, ilmu, dan cahaya yang menerangi dunia.
Namun, ingatlah: surga tidak dicapai hanya dengan menginjak taman surga, tapi dengan menghidupkan amal yang mengantarkan ke surga.
Maka, orang yang shalat di Raudhah hendaknya meneladani akhlak Rasulullah ﷺ, menjaga lisannya, dan menundukkan hatinya di hadapan Rabb-nya.
“Bukan letak kakimu yang menentukan derajatmu di sisi Allah, tetapi keadaan hatimu di hadapan-Nya.”
Wallahu a’lam bis showab....
Sumber:
https://www.islamweb.net/ar/article/136358/الروضة-الشريفة
https://islamqa. هل-للصلاة-في-الروضة-فضل-عن-ساىر-المسجد-النبوي
Oleh: Abu Haneen
Team redaksi: Miqdad Al Kindi, Lc
