Bagaimana Kita Bershalawat kepada Nabi ﷺ
Bismillah, alhamdulilah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du ....
Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam, yang telah memuliakan kita dengan Islam, mengutus Rasulullah ﷺ sebagai rahmat bagi seluruh alam, dan menjadikan shalawat kepadanya sebagai salah satu bentuk ibadah yang agung.
Shalawat bukan sekedar ucapan penghormatan, melainkan bentuk ketaatan kepada Allah Ta'ala, ungkapan cinta kepada Rasulullah ﷺ yang sesuai dengan tuntunan syariat, dan bukti keimanan seorang hamba kepada risalah yang beliau bawa.
Dalam perjalanan umrah, setiap langkah di Tanah Suci terasa sakral. Hati rindu kepada Rasulullah ﷺ, lidah pun ingin selalu mengucap “اللهم صل وسلم على نبينا محمد”. Namun banyak jamaah bertanya: bagaimana sebenarnya cara bershalawat yang benar kepada Nabi ﷺ?
Apakah cukup dengan ucapan singkat? Apakah ada lafaz khusus yang diajarkan Rasulullah sendiri?
Mari kita pelajari bersama, agar setiap shalawat yang kita ucapkan itu benar, serta menjadi doa yang diterima dan membawa keberkahan.
Makna Shalawat
Secara bahasa, kata ṣalāh (صلاة) berarti doa dan pujian.
- Namun ketika disandarkan kepada Allah, maknanya lebih tinggi: pujian Allah kepada Nabi-Nya di hadapan para malaikat di langit.
Sebagaimana dijelaskan oleh Abu ‘Aliyah رحمه الله, salah seorang tabi‘in besar:
“صَلَاةُ اللهِ عَلَى نَبِيِّهِ: ثَنَاؤُهُ عَلَيْهِ فِي الْمَلَإِ الْأَعْلَى”
“Shalawat Allah kepada Nabi-Nya adalah pujian-Nya kepada beliau di hadapan para malaikat di langit.” (Tafsir al-Baghawī, 3/506)
- Adapun shalawat dari malaikat bermakna doa mereka agar Allah menambah kemuliaan dan derajat beliau serta mengagungkan namanya.
- Sedangkan shalawat dari umatnya berarti memohon kepada Allah Ta'ala agar terus menambah pujian, kemuliaan, dan rahmat kepada beliau ﷺ.
Karena itu, ketika kita mengucap “اللهم صل على محمد”, kita sejatinya sedang berdoa agar Allah meninggikan sebutan, nama, dan kedudukan Rasulullah ﷺ di sisi-Nya, baik di dunia maupun di akhirat.
Perintah Langsung dari Allah Ta'ala
Allah ﷻ sendiri memerintahkan kita untuk selalu bershalawat kepada Nabi ﷺ. Di dalam firman-Nya:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian kepadanya dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan.” (QS. al-Aḥzāb [33]: 56)
Ayat ini menunjukkan kemuliaan yang luar biasa; Allah sendiri yang bershalawat kepada Nabi-Nya, para malaikat pun ikut, dan kaum mukminin diperintahkan untuk bergabung di dalamnya.
Siapa yang bershalawat kepada beliau sekali, Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali, yakni; memberinya sepuluh rahmat dan kemuliaan.
Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا
“Barangsiapa bershalawat kepadaku satu kali, maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali.” (HR. Muslim no. 408)
Shalawat yang Diajarkan Nabi ﷺ
Ketika para sahabat mendengar perintah dalam ayat di atas, mereka pun bertanya dengan penuh adab:
“Wahai Rasulullah, kami sudah tahu bagaimana cara memberi salam kepadamu, tetapi bagaimana cara kami bershalawat kepadamu?”
Beliau ﷺ lalu mengajarkan lafaz shalawat terbaik, sebagaimana dalam hadits sahih:
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
"Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah limpahkan kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.
Ya Allah, limpahkanlah keberkahan kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah limpahkan keberkahan kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia."
(HR. al-Bukhārī no. 3370, Muslim no. 405)
Itulah “shalawat ibrahimiyyah” yang diajarkan langsung oleh Nabi ﷺ. Inilah bentuk paling sempurna dari shalawat, karena menggabungkan doa, pujian, dan keberkahan.
Namun Rasulullah ﷺ juga mengajarkan beberapa variasi yang shahih, di antaranya:
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
"Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Muhammad, istri-istrinya, dan keturunannya sebagaimana Engkau telah melimpahkan shalawat kepada keluarga Ibrahim.
Dan limpahkanlah keberkahan kepada Muhammad, istri-istrinya, dan keturunannya sebagaimana Engkau telah melimpahkan keberkahan kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia."
(HR. al-Bukhārī no. 3369, Muslim no. 407)
Kedua lafaz ini sama-sama shahih, dan boleh diamalkan bergantian, karena Rasulullah ﷺ sendiri mencontohkan keduanya.
Bolehkah Shalawat dengan Lafaz Pendek?
Para ulama menjelaskan:
Jika di luar shalat, maka boleh menggunakan lafaz pendek seperti:
“اللهم صل وسلم على نبينا محمد”
atau
“صلى الله عليه وسلم”
Semuanya sah dan berpahala besar.
Namun jika ingin shalawat yang paling sempurna dan afdhal, maka gunakanlah shalawat ibrahimiyyah sebagaimana yang diajarkan Nabi ﷺ.
Imam Ibn Hajar al-‘Asqalānī rahimahullah menegaskan:
“Ketika Rasulullah ﷺ mengajarkan bentuk shalawat kepada sahabat setelah mereka bertanya, itu menunjukkan bahwa itulah bentuk yang paling utama; sebab beliau tidak mungkin memilih untuk dirinya kecuali yang terbaik.”
Fath al-Bārī (11/166)
Mengapa Disebut “Ibrahimiyyah”?
Karena dalam doa itu, kita memohon agar Allah melimpahkan kemuliaan kepada Nabi Muhammad ﷺ sebagaimana Allah telah memuliakan Nabi Ibrahim عليه السلام dan keluarganya.
Nabi Ibrahim dikenal sebagai Abul-Anbiyā’ (bapak para nabi), dan banyak nabi setelahnya berasal dari keturunannya.
Dengan mengaitkan shalawat kepada beliau, itu menjadi bentuk penghormatan dan peninggian derajat bagi Nabi Muhammad ﷺ, bahkan lebih tinggi daripada Ibrahim, karena Rasulullah ﷺ adalah penutup para nabi dan imam seluruh manusia.
Makna Salam kepada Nabi ﷺ
Dalam ayat tersebut, Allah tidak hanya memerintahkan “shalawat”, tetapi juga “salam”:
صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Kata “السَّلامُ” di sini memiliki dua makna:
- Doa keselamatan bagi Nabi ﷺ dari segala kekurangan dan cela.
- Doa agar syariat dan sunnah beliau tetap selamat, terjaga dari perubahan dan penyimpangan.
Maka ketika kita berkata:
السلام عليك أيها النبي ورحمة الله وبركاته
artinya: “Semoga keselamatan, rahmat, dan berkah Allah tercurah kepadamu wahai Nabi.”
Meski beliau telah wafat, doa itu tetap bermakna karena beliau akan menghadapi berbagai keadaan di akhirat, dan kita juga berdoa agar sunnah beliau tetap selamat dan terjaga dari orang-orang yang mengotorinya.
Kapan dan Di Mana Dianjurkan Bershalawat
1. Setiap disebut nama beliau ﷺ.
Rasulullah ﷺ bersabda:
رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ
“Celaka seseorang yang disebut namaku di sisinya lalu ia tidak bershalawat kepadaku.” (HR. Tirmidzi no. 3545)
2. Dalam tasyahhud shalat. Ini bagian wajib atau sunnah muakkadah dalam setiap shalat.
3. Pada hari Jumat.
:عَنْ أَوْسِ بْنِ أَوْسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ
إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ، فِيهِ خُلِقَ آدَمُ، وَفِيهِ قُبِضَ، وَفِيهِ النَّفْخَةُ، وَفِيهِ الصَّعْقَةُ، فَأَكْثِرُوا عَلَيَّ مِنَ الصَّلَاةِ فِيهِ، فَإِنَّ صَلَاتَكُمْ مَعْرُوضَةٌ عَلَيَّ
قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَكَيْفَ تُعْرَضُ صَلَاتُنَا عَلَيْكَ وَقَدْ أَرِمْتَ؟ (أَيْ: بَلِيتَ)
قَالَ: إِنَّ اللَّهَ حَرَّمَ عَلَى الْأَرْضِ أَنْ تَأْكُلَ أَجْسَادَ الْأَنْبِيَاءِ
“Sesungguhnya di antara hari kalian yang paling utama adalah hari Jumat.
Pada hari itu Adam diciptakan, pada hari itu pula ia diwafatkan, dan pada hari itu akan terjadi tiupan sangkakala serta kebinasaan seluruh makhluk.
Maka perbanyaklah bershalawat kepadaku pada hari itu, karena shalawat kalian akan disampaikan kepadaku.”
Para sahabat bertanya:“Wahai Rasulullah, bagaimana mungkin shalawat kami disampaikan kepadamu, sedangkan engkau telah hancur (tubuhmu telah menjadi tanah)?”
Beliau menjawab: “Sesungguhnya Allah mengharamkan bumi untuk memakan jasad para nabi.”
(HR. Abū Dāwūd no. 1047)
4. Saat mendengar azan, di akhir doa, dan dalam majelis zikir.
Buah dan Keutamaan Shalawat
Bershalawat bukan sekedar amalan lisan; ia memiliki faedah yang sangat luas, di antaranya:
- Mendapat rahmat dan ampunan Allah Ta'ala.
- Menjadi sebab turunnya ketenangan hati dan cahaya iman.
- Dapat menghapus dosa dan mengangkat derajat.
- Menjadi sarana mendekatkan diri kepada Nabi ﷺ di hari kiamat.
Rasulullah ﷺ bersabda:
أَوْلَى النَّاسِ بِي يَوْمَ القِيَامَةِ أَكْثَرُهُمْ عَلَيَّ صَلَاةً
“Orang yang paling berhak dekat denganku pada hari kiamat adalah yang paling banyak bershalawat kepadaku.” (HR. Tirmidzi no. 484 dan dihasankan oleh Albani)
Penutup
Jamaah yang dirahmati Allah,
Setiap kali kita menatap Masjid Nabawi, setiap kali hati rindu kepada Rasulullah ﷺ, jadikanlah shalawat sebagai bukti cinta dan penghormatan.
Jangan biarkan lidah ini kering tanpa menyebut nama beliau yang mulia.
Semakin sering kita bershalawat, semakin dekat pula kita dengan rahmat Allah dan syafaat Nabi ﷺ.
Mari hidupkan hati dan lisan dengan shalawat:
اللهم صل وسلم وبارك على نبينا محمد، وعلى آله وصحبه أجمعين
Semoga Allah menjadikan kita termasuk umat yang selalu bershalawat dengan cinta, mengikuti sunnah dengan setia, dan dikumpulkan bersama beliau ﷺ di surga-Nya.
Wallahu a’lam bis showab ....
Sumber:
Islam Question and Answer (islamqa.info) – Fatwa no. 322737
binbaz.org.sa/fatwas/8576/صفة-الصلاة-على-النبي-صلى-الله-عليه-وسلم
Oleh: Abu Haneen
Team: Miqdad Al Kindi, Lc
