Nasehat Bagi Yang Hendak Melaksanakan Ibadah Umrah (Bagian 1)

Alhamdulillah, wassholatu wassalamu ‘ala Rosulillah, wa Asyhadu an laa ilaha illallahu wahdahu la syarika lahu, wa asyhadu anna Muhammadan Abduhu wa Rosuluhu, Amma ba’du:
Saudara-saudara sekalian yang dirahmati Allah ta'ala, berikut beberapa arahan dan nasehat bagi para jama'ah yang ingin melaksanakan ibadah umrah:
1. Bersegera berangkat jika mampu
Bagi siapa yang memiliki harta dan kemampuan untuk bepergian umrah atau haji, maka wajib baginya untuk berusaha berangkat demi memuliakan diri dengan melihat Ka’bah yang mulia, mengharap pahala, dan menghapus dosa-dosa. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:
وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا
"Dan kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan haji ke Baitullah bagi siapa yang mampu menempuh perjalanan ke sana." (QS. Ali Imran: 97)
Dan firman-Nya:
وَأَذِّنْ فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالًا وَعَلَى كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ
"Dan serukanlah kepada manusia untuk berhaji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai unta yang kurus, mereka datang dari segenap penjuru yang jauh." (QS. Al-Hajj: 27)
Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
وصَلَاةٌ فِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أفضل من مِائَة أَلْفِ صَلَاةٍ
"Shalat di Masjidil Haram bernilai lebih baik dari seratus ribu shalat." (HR. Bukhori no. 1190, Muslim no. 1394)
Juga sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam:
الْغَازِي فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالْحَاجُّ وَالْمُعْتَمِرُ وَفْدُ اللَّهِ، دَعَاهُمْ فَأَجَابُوهُ، وَسَأَلُوهُ فَأَعْطَاهُمْ
"Orang yang berperang di jalan Allah, yang berhaji dan berumrah adalah tamu-tamu Allah; Dia memanggil mereka dan mereka memenuhi panggilannya; mereka meminta kepada-Nya, dan Dia mengabulkannya.") HR. Ibnu Majah dihasankan oleh Syaikh Al-Albani)
Dan ketika kita keluar dari rumah menuju Baitullah, maka setiap langkah yang kita ayunkan, Allah akan mencatat satu kebaikan dan menghapus satu dosa. Semua ini adalah dorongan besar untuk memperbanyak haji, umrah, thawaf di Baitullah, serta shalat dan do'a di sekitarnya.
Kemudian kebaikan akan dilipatgandakan secara luar biasa di Makkah. Bisa jadi satu shalat di sana memberatkan timbangan amalmu di hari kiamat, lebih dari 100.000 shalat di tempat lain (selain Ramadan). Maka bagaimana jika itu terjadi di bulan Ramadhan?
2. Bersyukur atas nikmat kemudahan umrah di zaman modern
Dahulu, orang-orang berangkat haji dan sebagian dari mereka tersesat di jalan, bahkan ada yang meninggal sebelum sampai ke Makkah al-Mukarramah dan tidak kembali ke keluarganya. Meski begitu, mereka tetap berangkat haji, rela menanggung segala kesulitan perjalanan.
Hari ini, perjalanan menjadi mudah dengan mobil, pesawat, dan kapal. Maka tidak ada alasan bagi siapa pun untuk tidak berangkat. Pilihlah waktu terbaik untuk perjalananmu dan tinggalkan segala kesibukan. Tunda segala urusan demi bisa mengunjungi Baitullah al-Haram di Makkah al-Mukarramah. Jadikan ini pilihan pertamamu dan yang paling penting, bukan yang terakhir.
Barang siapa yang berkata: “Aku punya kesibukan, tanggung jawab, nanti saja kalau ada waktu luang,” maka hendaknya ia meninjau kembali dirinya.
Wajib bagi seseorang yang melihat orang-orang lain menuju Tanah Suci tanpa halangan, untuk merasa cemas dan sedih jika ia tidak berangkat. Ia harus takut termasuk dalam firman Allah Ta’ala:
وَلَوْ أَرَادُوا الْخُرُوجَ لَأَعَدُّوا لَهُ عُدَّةً وَلَكِنْ كَرِهَ اللَّهُ انْبِعَاثَهُمْ فَثَبَّطَهُمْ وَقِيلَ اقْعُدُوا مَعَ الْقَاعِدِينَ
"Dan sekiranya mereka benar-benar ingin keluar (untuk berjihad), tentulah mereka mempersiapkan perbekalan. Tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka, maka Allah melemahkan semangat mereka, dan dikatakan kepada mereka: ‘Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal." (QS. At-Taubah: 46)
Namun, bagi orang yang terhalang karena uzur, tetap mendapat pahala seperti orang yang berangkat, dengan keutamaan dari Allah.
3. Waktu terbaik melakukan ibadah umroh
Umrah dapat dilaksanakan sepanjang tahun, baik pada siang hari maupun malam hari. Namun, waktu terbaik untuk melaksanakannya adalah pada bulan Ramadhan, karena didalamnya berkumpul keutamaan waktu dan tempat.
Hal ini sebagaimana sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam:
فَإِنَّ عُمْرَةً فِى رَمَضَانَ تَقْضِى حَجَّةً مَعِى
“Sesungguhnya umrah di bulan Ramadhan seperti berhaji bersamaku” (HR. Bukhari no. 1863).
Maksudnya, pahala umrah tersebut setara dengan pahala haji, namun tidak menggugurkan kewajiban haji.
Bulan kedua yang paling utama untuk melaksanakan umrah adalah bulan Dzulqa’dah, karena Nabi Shallallahu alaihi wa sallam melakukan empat kali umrah setelah hijrah, dan semuanya dilakukan pada bulan Dzulqa’dah, yaitu pertengahan bulan-bulan haji. Karena umrah adalah bagian dari ibadah dalam bulan-bulan haji, maka Allah menjadikannya sebagai waktu khusus untuk ibadah ini (namun sekarang di bulan-bulan haji, pemerintah Saudi hanya memberikan visa bagi jama’ah haji saja, baik itu haji ifrod, qiron, atau tamattu’, adapun umrah reguler maka tidak diberikan).
Adapun keutamaan melaksanakan umrah di bulan-bulan lainnya, adalah karena lebih sedikit keramaian di sekitar Ka’bah al-Musyarrofah, sehingga ritual-ritual dapat dilakukan dengan mudah dan tenang.
4. Bersabar atas beratnya perjalanan
Pahala dalam ibadah umrah tergantung pada besarnya usaha dan biaya yang dikeluarkan, berdasarkan sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam kepada Ummul Mukminin 'Aisyah rodhiyallahu 'anha ketika beliau ingin melaksanakan umrah setelah haji:
وَلَكِنَّهَا عَلَى قَدْرِ نَفَقَتِكِ أَوْ نَصَبِكِ
"Namun (pahalanya) sesuai dengan besarnya pengeluaranmu atau keletihanmu." (HR. Bukhori no. 1787, Muslim no. 1211)
Dan diketahui bahwa umrah di bulan Ramadhan lebih mahal biayanya dibanding bulan lainnya, karena banyaknya jumlah jamaah, dan juga karena lebih melelahkan jika orang yang berumrah dalam keadaan berpuasa.
5. Mengenal iklim kota Makkah dan Madinah, dan bersiap siaga menghadapinya
Iklim di Makkah Al-Mukarramah dan Madinah Al-Munawwarah secara umum adalah panas. Musim panas berlangsung sekitar 8 bulan, karena letak keduanya yang dekat dengan garis khatulistiwa. Makkah berjarak sekitar 21,4 derajat dari khatulistiwa, sedangkan Madinah sekitar 24,4 derajat; sehingga Madinah sedikit lebih sejuk dari Makkah, dan musim panas di sana sedikit lebih pendek.
Cuaca dingin tidak terasa kecuali pada malam hari dan hanya berlangsung selama dua bulan di Makkah dan tiga bulan di Madinah. Matahari tepat berada di atas Makkah (zenith) dua kali dalam setahun, yaitu pada akhir bulan Mei dan pertengahan bulan Juli. Mengetahui hal ini membantumu memilih waktu terbaik untuk bepergian umrah dan membawa pakaian yang sesuai.
6. Disunnahkan untuk melaksanakan umrah secara berkala, tidak hanya sekali seumur hidup
Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam:
الْعُمْرَةُ إِلَى الْعُمْرَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُمَا، وَالْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ
"Umrah satu ke umrah berikutnya menjadi penghapus dosa di antara keduanya. Dan haji yang mabrur tidak ada balasannya kecuali surga.” (HR. Bukhori no. 1773, Muslim no. 1349)
Dan juga sabdanya Shallallahu 'alaihi wa sallam:
تَابِعُوا بَيْنَ الْحَجِّ وَالْعُمْرَةِ فَإِنَّهُمَا يُنَافِيَانِ الْفَقْرَ وَالذُّنُوبَ كَمَا يُنَفِي الْكِيرُ خَبَثَ الْحَدِيدِ
“Lakukanlah haji dan umrah secara berulang, karena keduanya menghilangkan kefakiran dan dosa sebagaimana api menghilangkan kotoran besi.” (HR. Ahmad no. 15694 dengan sanad hasan)
7. Ikhlaskan hati mencari Ridho Allah, bukan untuk diakui
Wajib bagi orang yang berhaji dan berumrah untuk meniatkan ibadahnya hanya kepada Allah ta'ala dan mendekatkan diri kepada-Nya, dan hendaknya ibadah itu ikhlas semata-mata karena Allah, tidak mengharapkan pujian atau sesuatu dari dunia. Ia harus berhati-hati agar tidak memiliki niat duniawi seperti mencari harta, gelar, atau ketenaran, karena itu merupakan bentuk dari riya’.
Disebutkan dalam Riwayat hadits Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَن الشِّرْكِ، مَنْ عَمِلَ عَمَلاً أَشْرَكَ فِيهِ مَعِي غَيْرِي؛ تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ
Allah ta'ala berfirman: “Aku sama sekali tidak butuh pada sekutu dalam perbuatan syirik. Barangsiapa yang mengerjakan amal perbuatan dengan dicampuri perbuatan syirik kepada-Ku, maka Aku tinggalkan ia bersama perbuatan syiriknya itu.” (HR. Muslim no.2985)
8. Rendah hati dan tidak sombong dalam umrah, serta khusyuk kepada Allah dan menjauhkan diri dari riya’
Karena telah diriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berhaji dengan menaiki pelana usang dan mengenakan selimut yang harganya tidak lebih dari empat dirham, lalu beliau bersabda:
اللَّهُمَّ حَجَّةً لَا رِيَاءَ فِيهَا وَلَا سُمْعَةَ
“Ya Allah, jadikanlah hajiku ini tanpa riya’ dan tanpa pamer.” (HR. Ibnu Majah no. 2890)
Perjalanan ke Makkah tidak harus dengan kendaraan mewah atau menginap di hotel-hotel megah, tetapi cukup dengan apa yang dimudahkan. Nabi ﷺ sendiri menunggang hewan sederhana dalam perjalanannya dan bersikap rendah hati, seraya bersabda:
لَبَّيْكَ لَا عَيْشَ إِلَّا عَيْشُ الْآخِرَةِ
“Labbaik, tiada kehidupan kecuali kehidupan akhirat.”
Dan salah seorang salaf berkata: “Yang benar-benar berhaji itu sedikit, sedangkan yang ikut perjalanan itu banyak.” Betapa banyak orang yang berbuat kebaikan, namun belum tentu ikhlas!
9. Berakhlak dengan akhlak yang baik
Seorang musafir hendaknya berakhlak baik, memperlakukan manusia dengan akhlak mulia. Ini mencakup:
- Sabar terhadap gangguan orang lain.
- Pemaaf, lemah lembut.
- Tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan.
- Rendah hati.
- Dermawan.
- Amanah, wara’ (menjauhkan diri dari hal yang syubhat).
- Toleran.
- Setia.
- Punya rasa malu.
- Jujur.
- Dan mudah membantu orang lain.
10. Menjauh dari segala bentuk maksiat.
Wajib diperhatikan juga bagi para jama'ah umrah untuk tidak menyakiti orang lain dengan ucapan atau perbuatan, seperti:
- Mendorong atau mendesak jama'ah lain saat berhaji atau umrah.
- Mengumpat.
- Berkata kotor.
- Menyebarkan gosip atau bergunjing.
- Menggunjing jama'ah negara lain di depan mukanya, dia merasa aman karena yakin jama'ah negara tersebut tidak mengetahui artinya.
- Berdusta.
- Mengada-ada dalam urusan agama, sok tahu halal haram.
- Membuat konten video yang menghilangkan muru'ah, contoh: video ka'bah dengan diiringi musik.
- Merokok, terlebih di kawasan masjid.
- Jelalatan memandang yang tidak boleh dilihat.
- Menipu dalam transaksi jual beli.
Dan lain-lain
Bersambung ….
Wallahu ta’ala a’lam bis showab, wa shollallahu ala nabiyyina Muhammad
Disadur dari kitab “manasik Umrah” karya Syaikh Muhammad Rozzaq dengan sedikit tambahan.
Oleh: Abu Haneen, Lc
Team redaksi: Miqdad Al Kindi, Lc
