Mengenal Lebih Dekat Ka’bah Al-Musyarrofah

Kategori : Umrah, Ditulis pada : 06 Mei 2025, 12:45:41

Alhamdulillah, wassholatu wassalamu ‘ala Rosulillah, wa Asyhadu an laa ilaha illallahu wahdahu la syarika lahu, wa asyhadu anna Muhammadan Abduhu wa Rosuluhu, Amma ba’du:

Ka'bah yang mulia terletak di tengah Masjidil Haram dalam bentuk bangunan besar yang kosong di dalamnya. Tingginya sekitar 15 meter. Panjang sisi yang terdapat pintunya adalah 12 meter, dan jika ditambahkan dengan area Hijir, maka panjangnya menjadi sekitar 15 meter. Demikian pula sisi yang berhadapan dengannya. Adapun sisi utara yang terdapat talang (mizab) dan sisi yang berseberangan dengannya, panjangnya adalah 10 meter.

IMG-20250506-WA0010.jpg

Ka'bah yang mulia hanya memiliki dua rukun (sudut) yang utama, yaitu Rukun Yamani dan Rukun Hajar Aswad. Dua sisi lainnya yang sejajar dengan Hajar Aswad tidak disebut “rukun” karena tidak dibangun di atas fondasi Nabi Ibrahim عليه السلام, sebab Hijr adalah bagian dari Ka'bah yang mulia. Oleh karena itu, penamaan masyarakat atasnya sebagai rukun 'Iraqi dan rukun Syami adalah kesalahan yang tersebar luas.

Ka'bah yang mulia adalah kiblat kaum muslimin dalam shalat mereka. Di sekelilingnya mereka berthawaf, dan Ka'bah menjadi tujuan hati mereka yang rindu mencapainya dari seluruh penjuru dunia. Karena Ka'bah, Makkah menjadi mulia dan kedudukannya agung di antara seluruh negeri.

Ia adalah rumah ibadah pertama yang diletakkan di muka bumi, Allah Azza wa Jalla berfirman:

إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِلْعَالَمِينَ

"Sesungguhnya rumah pertama yang dibangun untuk manusia ialah (Baitullah) yang berada di Bakkah (Makkah), yang penuh berkah dan menjadi petunjuk bagi seluruh alam." (QS Ali Imran: 96)

Ka'bah yang mulia terletak tepat di bawah al-Baitul Ma'mur yang ada di langit ketujuh, yang dimasuki setiap harinya oleh tujuh puluh ribu malaikat untuk beribadah, dan tidak akan kembali lagi kepadanya sampai hari kiamat.

Nabi Ibrahim 'alaihis salam bersama putranya Ismail 'alaihis salam membangun Ka'bah yang mulia setelah Allah menunjukkan tempatnya. Allah berfirman:

وَإِذْ بَوَّأْنَا لِإِبْرَاهِيمَ مَكَانَ الْبَيْتِ أَنْ لَا تُشْرِكْ بِي شَيْئًا وَطَهِّرْ بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْقَائِمِينَ وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ

"Dan (ingatlah), ketika Kami menunjukkan kepada Ibrahim tempat Baitullah (dengan mengatakan): Janganlah kamu mempersekutukan sesuatu pun dengan-Ku dan sucikanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang tawaf, orang-orang yang berdiri (shalat), ruku, dan sujud." (QS Al-Hajj: 26)

Batu-batu yang menjadi pondasi Ka'bah yaitu yang diletakkan sejak zaman Nabi Ibrahim 'alaihis salam tidak pernah dicabut sejak saat itu. Bahkan ketika Ka'bah dibangun ulang beberapa kali, fondasi itu tidak pernah berani dicabut atau dipindahkan. Justru mereka membangunnya kembali di atasnya dan menutupinya dengan marmer sebagai pelindung pondasi Ka'bah yang mulia.

IMG-20250506-WA0005.jpg

Sumber: https://ddhk.org/mengenal-bagian-bagian-masjidil-haram-dan-kabah/

Hajar Aswad 

Hajar Aswad adalah bagian paling agung dari Ka'bah yang mulia, dan batu paling mulia di muka bumi karena berasal dari surga. Kaum muslimin berlomba-lomba untuk menciumnya sebagaimana dilakukan oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Hajar Aswad terletak di sudut tenggara Ka'bah bagian luar, dengan ketinggian sekitar 1,5 meter dari tanah, dan dikelilingi oleh bingkai dari perak murni untuk melindunginya.

Batu ini dibawa oleh malaikat Jibril 'alaihis salam dari surga untuk diletakkan di tempatnya pada bangunan Ka'bah, sebagai tanda awal dan akhir thawaf. Awalnya batu ini tidak hitam, melainkan putih berkilau, lebih putih dari susu. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam:

نَزَلَ الحَجَرُ الأَسْوَدُ مِنَ الجَنَّةِ وَهُوَ أَشَدُّ بَيَاضًا مِنَ اللَّبَنِ فَسَوَّدَتْهُ خَطَايَا بَنِي آدَمَ

"Hajar Aswad diturunkan dari surga, warnanya lebih putih dari susu. Kemudian dosa-dosa anak cucu Adam yang membuatnya menjadi hitam." (HR. At-Tirmidzi no. 877, dan dia berkata: hasan)

Saat ini, tidak mungkin menggambarkan bentuk Hajar Aswad secara utuh, karena yang tampak dan disentuh serta dicium oleh kita sekarang hanyalah batu yang telah pecah menjadi potongan-potongan kecil yang ukurannya berbeda-beda, yang terbesar kira-kira sebesar kurma. Sisanya berada di dalam struktur bangunan Ka'bah.

Disebutkan bahwa jumlah potongan Hajar Aswad mencapai 15 potongan, namun 7 potongan lainnya tertutup oleh semacam adonan yang bisa dilihat oleh siapa pun yang menyentuhnya. Campuran adonan itu terdiri dari lilin, misik (kasturi), dan ambar yang diletakkan di permukaan Hajar Aswad.

IMG-20250506-WA0007.jpg

Oleh karena itu, seorang muslim hendaknya mencium potongan besar dari Hajar Aswad, bukan bagian yang berupa adonan pelapis.

IMG-20250506-WA0008.jpg

Sumber: https://www.skynewsarabia.com

Hajar Aswad dianggap sebagai batu yakut dari surga, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam:

إِنَّ الرُّكْنَ وَالمَقَامَ يَاقُوتَتَانِ مِن يَاقُوتِ الجَنَّةِ طَمَسَ اللَّهُ تَعَالَى نُورَهُمَا، وَلَوْلَا أَنْ طَمَسَ اللَّهُ نُورَهُمَا لَأَضَاءَا مَا بَيْنَ المَشْرِقِ وَالمَغْرِبِ.

"Sesungguhnya Rukun dan Maqam adalah dua batu yakut dari surga. Allah telah menghapus cahayanya. Seandainya cahaya keduanya tidak dihapus, niscaya akan menerangi antara timur dan barat." (HR. At-Tirmidzi no. 878, dan dia berkata: hasan)

"Rukun" adalah salah satu nama dari Hajar Aswad. Di antara keutamaan Hajar Aswad adalah sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam:

لَيَبعَثَنَّ اللهُ الحَجَرَ يَومَ القِيَامَةِ وَلَهُ عَيْنَانِ يُبْصِرُ بِهِمَا، وَلِسَانٌ يَنطِقُ بِهِ يَشْهَدُ عَلَى مَنِ اسْتَلَمَهُ بِحَقٍّ

"Sungguh, batu ini akan datang pada hari kiamat, memiliki dua mata yang bisa melihat dan lisan yang bisa berbicara, bersaksi atas siapa yang menyentuhnya dengan benar." (HR. Ibnu Majah no. 2944, Al-Albani menilainya shahih dalam Shahih Sunan Ibnu Majah).

Dan juga sabda Beliau Shallallahu alaihi wa sallam:

إِنَّ مَسْحَ الْحَجَرِ الأسودِ وَالرُّكْنِ الْيَمَانِيِّ يَحُطُّانِ الْخَطَايَا حَطًّا

Sesungguhnya mengusap Hajar Aswad dan Rukun Yamani menghapuskan dosa-dosa" (HR. Ahmad no. 4462, Tirmidzi no. 959, Al-Nasa'i no. 2919, Dinyatakan Shahih oleh Albani dalam Shahih al-Jami' no. 2194)

Di antara sunnah thawaf adalah mengagungkan Hajar Aswad dan menyentuhnya dengan tangan atau memberi isyarat dari jauh ketika ramai, karena ia termasuk syiar Allah yang dapat menumbuhkan taqwa dalam hati. Sebagaimana firman Allah:

ذَٰلِكَ وَمَن يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِن تَقْوَى القُلُوبِ

"Demikianlah, barang siapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka itu termasuk dari ketakwaan hati." (QS. Al-Hajj: 32)

Diriwayatkan dari Umar bin Al-Khattab radhiyallahu 'anhu bahwa beliau mencium Hajar Aswad dan berkata:

إِنِّي لَأَعْلَمُ إِنَّكَ حَجَرٌ لَا تَضُرُّ وَلَا تَنفَعُ، وَلَوْلَا أَنِّي رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ يُقَبِّلُكَ مَا قَبَّلْتُكَ.

"Sesungguhnya aku tahu, engkau hanyalah batu yang tidak bisa memberi mudharat dan tidak bisa memberi manfaat. Sekiranya aku tidak melihat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menciummu, niscaya aku tidak akan menciummu." (HR. Bukhari no. 1597)

Diriwayatkan pula dari At-Thabari, ia berkata:

إِنَّمَا قَالَ ذَلِكَ عُمَرُ، لِأَنَّ النَّاسَ كَانُوا حَدِيثِي عَهْدٍ بِعِبَادَةِ الأَصْنَامِ، فَخَشِيَ عُمَرُ أَنْ يَظُنَّ الجُهَّالُ مِنْهُم أَنَّ اسْتِلَامَ الحَجَرِ هُوَ تَعْظِيمٌ لِبَعْضِ الأَحْجَارِ، كَمَا كَانَتِ العَرَبُ تَفْعَلُ فِي الجَاهِلِيَّةِ، فَأَرَادَ عُمَرُ أَنْ يُعْلِمَ النَّاسَ أَنَّ اسْتِلَامَهُ إِتِّبَاعٌ لِفِعْلِ النَّبِيِّ ﷺ، لَا لِأَنَّ الحَجَرَ يُضِرُّ وَيَنْفَعُ بِذَاتِهِ، كَمَا كَانَ يُعْتَقَدُ فِي الجَاهِلِيَّة

"Umar berkata begitu karena orang-orang saat itu baru saja meninggalkan penyembahan berhala, maka ia khawatir orang-orang bodoh menyangka bahwa menyentuh Hajar Aswad adalah bentuk pemujaan terhadap batu sebagaimana yang dilakukan orang Arab di masa jahiliyah. Umar ingin memberitahu bahwa menyentuhnya adalah karena mengikuti perbuatan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, bukan karena batu itu sendiri bisa memberi manfaat atau mudharat, sebagaimana yang dipercaya pada masa jahiliyah." (Tafsir At-Thobari)

Hajar Aswad juga merupakan titik awal dan akhir thawaf. Tirai di sudut Hajar Aswad memiliki hiasan bertuliskan “Allahu Akbar” agar menyemangati para jamaah thawaf dari kejauhan. Di area-area yang jauh dan lantai atas tempat thawaf, telah dipasang lampu dan papan berwarna hijau yang menunjukkan titik awal thawaf berhadapan dengan Hajar Aswad.

 

Hijr (Al-Hijr / Al-Hatim)

IMG-20250506-WA0004.jpg

Sumber: https://saudipedia.com/article

Hijr atau yang juga disebut dengan Al-Hatim (yang artinya: "yang terpecah dari rumah", yaitu bagian dari Ka'bah yang rusak atau tidak termasuk ke dalam bangunan Ka'bah), dahulu merupakan bagian penting dan menyatu dengan Ka'bah, hingga datang masa Quraisy.

Disebut "Hijr" karena Quraisy ketika membangun ulang Ka'bah meninggalkan bagian dari pondasi yang dibangun oleh Nabi Ibrahim 'alaihis salam, karena kekurangan dana dari harta yang halal murni, lalu mereka pagari bagian tersebut agar orang-orang tahu bahwa itu tetap bagian dari Ka'bah yang mulia.

Hijr adalah area yang dikelilingi oleh pagar setengah lingkaran, salah satu ujungnya mengarah ke arah utara Ka'bah, dan ujung lainnya ke arah barat Ka'bah. Tinggi lengkungannya kira-kira 1,3 meter.

Terdapat banyak hadis dan atsar yang menyebutkan keutamaan Hijr, diantaranya: Dari Aisyah radhiyallahu anha, istri Nabi Shallallahu alaihi wa sallam berkata: "Aku sangat ingin masuk ke dalam Ka'bah dan shalat di dalamnya. Maka Rasulullah ﷺ memegang tanganku dan membawaku masuk ke dalam Hijr, lalu beliau bersabda: 

صَلِّي فِي الحِجْرِ إِذَا أَرَدتِ دُخُولَ البَيْتِ، فَإِنَّمَا هُوَ قِطْعَةٌ مِنَ البَيْتِ، وَلَكِنْ قَوْمَكِ اسْتَقْصَرُوا حِينَ بَنَوْا الكَعْبَةَ، فَأَخْرَجُوهُ مِنَ البَيْت

“Shalatlah di dalam Hijr jika kamu ingin shalat di dalam Ka'bah, karena ia adalah bagian dari Ka'bah. Namun kaummu (Quraisy) ketika membangun Ka'bah menyempitkan bangunannya dan mengeluarkan bagian itu dari Ka'bah." (HR. Bukhori no. 1506, Muslim no. 1333)

Artinya bahwa Hijr adalah bagian dari Ka'bah, walaupun tidak ditutupi dengan kiswah (kain penutup Ka'bah). Barang siapa yang shalat di dalamnya, maka seakan-akan ia shalat di dalam Ka'bah yang mulia.

Shalat sunnah di dalam Hijr hukumnya mustahab (disunnahkan), namun tidak sah melaksanakan shalat fardhu di dalamnya saat thawaf, sehingga area tersebut ditutup dan tidak diperkenankan ada yang shalat di sana pada waktu thawaf.

Perlu dicatat bahwa Hijr telah diperluas sehingga menjadi sekitar 8,9 meter, namun sebagian besar dari area tersebut bukan bagian dari Ka'bah, dan yang shalat di dalamnya tidak semuanya berada dalam area Ka'bah. Hanya sekitar 3,3 meter dari sisi utara Ka'bah yang termasuk bagian Ka'bah, yaitu kira-kira tiga shaf (barisan) pertama yang shalat di dalam Hijr. Adapun yang shalat di barisan setelahnya, tidak termasuk shalat di dalam Ka'bah. 

Al-Multazam

IMG-20250506-WA0006.jpg

Multazam adalah bagian dari Ka'bah yang mulia, terletak antara Hajar Aswad dan pintu Ka'bah, panjangnya empat hasta (sekitar 2 meter). Diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma bahwa ia berkata: 

ٱلْمُلْتَزَمُ مَا بَيْنَ ٱلرُّكْنِ وَٱلْبَابِ  

"Al-Multazam adalah (bagian) antara Rukun (Hajar Aswad) dan pintu (Ka'bah)." (diriwayatkan oleh Al-Faqihi dalam "Akhbar Makkah" 2/60)

dan itu adalah tempat yang diharapkan dikabulkannya do'a. Dianjurkan untuk berdo'a di tempat itu dengan menempelkan dada, kedua tangan, dan pipi ke dinding.

Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma melakukan hal itu dan berkata: 

إِنَّ مَا بَيْنَ الحَجَرِ وَالبَابِ لَا يَقُومُ فِيهِ إِنْسَانٌ فَيَدْعُو اللهَ تَعَالَى بِشَيْءٍ إِلَّا رَأَى فِي حَاجَتِهِ بَعْضَ الَّذِي يُحِبُّ

"Sesungguhnya antara Hajar Aswad dan pintu (Ka'bah), tidaklah seseorang berdiri di situ lalu berdo'a kepada Allah dengan suatu permintaan, melainkan ia akan melihat (terkabulnya) sebagian dari apa yang ia cintai pada hajatnya." (diriwayatkan oleh Al-Faqihi dalam "Akhbar Makkah" 2/60)

Rukun Yamani 

IMG-20250506-WA0009.jpg

Rukun yang sejajar dengan Rukun Hajar Aswad, dan dinamakan Rukun Yamani karena menghadap ke arah Yaman. Disebutkan dalam keutamaan Rukun Yamani sabda Nabi ﷺ:

يَأْتِي الرُّكْنُ اليَمَانِيُّ يَوْمَ القِيَامَةِ أَعْظَمَ مِنْ أبي قُبيسٍ لَهُ لِسَانَانِ وَشَفَتَانِ

“Rukun Yamani akan datang pada Hari Kiamat dalam keadaan lebih agung dari Gunung Uhud, ia memiliki dua lisan dan dua bibir.” (HR. Aḥmad dalam Shahih At-Targhib Wa At-Tarhib, 1145).

Ibnu Umar biasa berdesakan untuk menyentuh Rukun Yamani dan Hajar Aswad, dan beliau menyentuh Rukun Yamani pada setiap putaran thawaf, karena ia mendengar Nabi Shallallahu alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ مَسْحَ الحجر الأسود و الرُّكْنِ اليَمَانِيِّ يَحُطُّان الخَطَايَا حَطًّا

“Sesungguhnya mengusap Hajar Aswad dan Rukun Yamani akan menghapuskan dosa-dosa.” (HR. Ahmad no. 4462, Nasa'i no. 2919, Tirmidzi no. 959 dan dia berkata: hasan)

Rukun Yamani diusap dengan tangan kanan sekali saja jika memungkinkan. Tidak disunnahkan untuk menciumnya atau mengusap wajah dan tangan setelah mengusapnya, karena hal itu tidak diriwayatkan dari Nabi Shallallahu alaihi wasallam.

Jika dalam keadaan padat (berdesakan), maka tidak perlu memberi isyarat kepadanya dan tidak perlu mengusapnya. Usapan hanya dilakukan pada dua rukun saja, karena keduanya adalah satu-satunya rukun Ka'bah yang langsung bisa disentuh jamaah.

Jika tidak bisa menyentuh atau mencium Hajar Aswad, maka cukupkan dirimu dengan Rukun Yamani di sana tidak padat, bahkan para wanita pun bisa menyentuhnya dengan mudah dalam waktu tertentu.

Kain penutup (kiswah) Rukun Yamani saat ini memiliki garis emas agar jamaah thawaf dapat mengenalinya dari kejauhan. Rukun Yamani dan Rukun Hajar Aswad adalah satu-satunya dua rukun (sudut Ka'bah) yang dibangun di atas pondasi Nabi Ibrahim 'alaihis salam.

 

Maqam Ibrahim

IMG-20250506-WA0010.jpg

Maqam Ibrahim adalah batu yang dipijak oleh Nabi Ibrahim 'alaihis salam saat membangun Ka'bah yang mulia. Saat bangunan mulai meninggi, beliau berdiri di atas batu tersebut, dan putranya Ismail 'alaihis salam memberikan batu kepadanya, sambil keduanya mengucapkan:

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ العَلِيمُ

"Ya Tuhan kami, terimalah (amalan ini) dari kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-Baqoroh:127) 

(Batu itu) tingginya sekitar 35 sentimeter, dan di atasnya terdapat bekas telapak kaki Nabi Ibrahim setelah batu itu tenggelam karena tekanan, dan tampak bekas jari-jari karena dulu batu ini terbuka.

Di antara keutamaannya pula, Nabi Ibrahim 'alaihis salam berdiri di atasnya saat diperintah oleh Allah untuk menyeru manusia agar menunaikan haji. Maka beliau berdiri di atas maqam lalu berkata:  

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ رَبَّكُمْ قَدْ بَنَى بَيْتًا فَحُجُّوهُ

"Wahai manusia, sesungguhnya Tuhan kalian telah membangun sebuah rumah, maka berhajilah kalian kepadanya!" 

Lalu orang-orang pun menjawab dari sulbi laki-laki dan rahim perempuan:

"Kami datang memenuhi panggilan-Mu, kami datang memenuhi panggilan-Mu, kami datang memenuhi panggilan-Mu, labbaika Allahumma labbaik!"

Tidak terdapat do'a khusus di Maqam Ibrahim dan tidak pula diperintahkan untuk mengusapnya. Yang disyariatkan hanyalah shalat di belakangnya. Nabi Shallallahu alaihi wasallam setelah menyelesaikan thawaf—baik thawaf sunnah maupun thawaf haji atau umrah—membaca firman Allah Ta'ala:

وَاتَّخِذُوا مِنْ مَقَامِ إِبْرَاهِيمَ مُصَلًّى

"Dan jadikanlah sebagian Maqam Ibrahim sebagai tempat shalat," (QS. Al-Baqarah: 125)

kemudian beliau pergi ke belakang maqam dan shalat dua raka'at thawaf. (HR. Muslim)

Saat ini, jika shalat di belakang maqam menimbulkan gangguan, keramaian, atau menghambat orang lain, maka dua raka'at thawaf boleh dilakukan di mana saja.

Sebagaimana tidak dibolehkan mengelilingi maqam saat thawaf, juga tidak diperbolehkan berhenti di sisinya, menciumnya, mengusapnya, atau bertabarruk darinya.

 

Wallahu ta’ala a’lam bis showab, wa shallallahu ala nabiyyina Muhammad

Disadur dari kitab “manasik Umrah” karya Syaikh Muhammad Rozzaq dengan beberapa penyesuaian.

 

Oleh: Abu Haneen, Lc 

Team redaksi: Miqdad Al Kindi, Lc

Chat Dengan Kami
built with : https://erahajj.co.id