Zikir yang Lebih Baik dari Seorang Pembantu

Kategori : , Ditulis pada : 13 Mei 2025, 14:53:43

Di sudut kecil rumah sederhana di Madinah, Fāṭimah binti Muḥammad sedang menggiling gandum dengan kedua tangannya yang mulai kasar dan melepuh. Hari itu panas, seperti biasa. Debu-debu halus beterbangan dari alat penggiling, menempel di wajahnya yang lelah, tapi tetap bercahaya. Tangannya menjadi saksi diam dari beratnya pekerjaan rumah yang ia pikul setiap hari.

Di pojok ruangan, ʿAlī bin Abī Ṭālib radhiyallāhu ‘anhu memperhatikan istrinya dengan iba. Lelaki yang dikenal gagah dan pemberani itu kini merasa tak berdaya. Ia tahu betapa besar cinta Fāṭimah kepada ayahandanya, Rasūlullāh ﷺ, dan betapa besar pula kesabaran yang ia miliki. Tapi hari itu, ʿAlī menyadari: bahkan kesabaran pun kadang punya batas.

“Aku dengar,” kata ʿAlī lembut, “Rasūlullāh mendapatkan beberapa budak dari peperangan. Mungkin… kita bisa meminta satu orang saja untuk membantu meringankan pekerjaanmu, wahai Fāṭimah.”

Fāṭimah diam. Bukan karena tak setuju, tapi karena berat hati. Ia putri seorang Nabi. Ia tahu betapa zuhud ayahnya terhadap dunia. Namun tubuhnya pun juga meraskaan lelah yang sangat.

Malam itu...

Ketika rembulan menggantung malu di langit Madinah, rumah ʿAlī dan Fāṭimah kedatangan tamu. Bukan sembarang tamu. Rasūlullāh ﷺ, dengan wajah teduhnya, masuk ke rumah putrinya. Tak seperti biasanya, beliau tidak duduk di kursi, tidak pula di atas permadani. Beliau duduk di atas tempat tidur mereka yang sederhana. Bahkan, sebagian tubuh beliau mengenai pasir lantai karena kecilnya ruang.

Dengan suara lembut tapi penuh wibawa, beliau bersabda:

"Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang lebih baik daripada pembantu?"

ʿAlī dan Fāṭimah saling pandang. Tentu saja mereka ingin.

"Jika kalian hendak tidur, maka ucapkanlah:

Subḥānallāh 33 kali,

Alḥamdulillāh 33 kali,

Allāhu Akbar 34 kali.

Itu lebih baik bagi kalian daripada pembantu."

Tak ada lagi yang mereka pinta setelah itu. Tak ada protes, tak ada keluh. Sebab yang datang bukan hanya nasihat, tapi warisan ruhani dari seorang Nabi kepada keluarganya – yang lebih mahal dari dunia dan seisinya.

Dan sejak malam itu, zikir itu menjadi bagian dari hidup mereka berdua. Bukan hanya penenang lelah, tapi penguat jiwa.

Akhir Kisah:

Bertahun-tahun kemudian, ʿAlī berkata:

"Demi Allah, sejak Rasūlullāh mengajarkan zikir itu, aku tidak pernah meninggalkannya satu malam pun."

Seseorang bertanya, “Bahkan di malam Perang Ṣiffīn?”

ʿAlī menjawab, “Bahkan di malam Perang Ṣiffīn!”

(Diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam Shahih al-Bukhari: Kitab: al-Jihād, Bab: Ma qīla fī asy-syirkah No. Hadis: 3113. Dan Diriwayatkan juga oleh Muslim dalam Shahih Muslim: Kitab: al-Dzikr wa ad-Du‘ā’ Bab: Tahlil dan Tasbih ketika tidur No. Hadis: 2727)

Imam an-Nawawi رحمه الله dalam Syarh Shahih Muslim (17/27):

"Hadis ini menunjukkan bahwa dzikir ini memiliki faidah luar biasa dalam menguatkan tubuh untuk beribadah dan aktivitas. Maka dzikir ini lebih baik dari pembantu yang hanya membantu sebagian urusan."

Beliau juga menyebut bahwa dzikir ini menjadi sebab turunnya ketenangan dan kekuatan, karena hati yang tenang akan berdampak pada jasad yang kuat.

Ibnul Qayyim رحمه الله juga dalam al-Wabil ash-Shayyib:

"Dzikir ini menjadi bahan bakar spiritual bagi kekuatan fisik. Barangsiapa rutin mengamalkannya, ia akan merasakan pengaruhnya secara nyata."

Ibnu Hajar al-‘Asqalani رحمه الله dalam Fath al-Bari (11/202):

"Rasulullah ﷺ memberi petunjuk kepada keduanya (Ali dan Fatimah) untuk melakukan sesuatu yang jika dilakukan, akan memberikan kekuatan batin dan jasmani sebagai ganti dari bantuan fisik pembantu."

Wallahu ta’ala A’lam bis Showab

 

Oleh: Abu Haneen, Lc 

Team redaksi: Miqdad Al Kindi, Lc 

Chat Dengan Kami
built with : https://erahajj.co.id