Air Zamzam: Rahmat yang Mengalir dari Langkah Seorang Ibu

Kategori : Umrah, Ditulis pada : 15 Mei 2025, 09:09:14

Di antara titik-titik paling sakral dalam perjalanan umrah, ada satu lokasi yang tidak hanya mengandung nilai sejarah, tetapi juga menjadi simbol iman, perjuangan, dan keajaiban, ialah sumur Zamzam.

Namun tahukah Anda bahwa sumur ini lahir dari air mata dan langkah-langkah seorang ibu yang ditinggal bersama bayinya di tengah padang pasir dan gunung berbatu?

Hājar, Dialah Sosok Ibu Tangguh yang Menjawab Takdir dengan Tawakal

Nabi Ibrāhīm ‘alaihis salām diperintahkan Allah untuk meninggalkan istrinya Hājar dan bayi mereka, Ismā‘īl, di sebuah lembah tandus yang hari ini kita kenal sebagai Makkah. Tanpa tumbuhan, tanpa penduduk, dan tanpa air. Hanya ditemani secuil bekal dan iman yang tertancap kuat di hati.

Imām al-Bukhārī meriwayatkan:

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ: جَاءَ بِهَا - يَعْنِي هَاجَرَ - وَابْنِهَا إِسْمَاعِيلَ، وَهِيَ تُرْضِعُهُ، حَتَّى وَضَعَهُمَا عِنْدَ الْبَيْتِ عِنْدَ دَوْحَةٍ فَوْقَ زَمْزَمَ، فِي أَعْلَى الْمَسْجِدِ، وَلَيْسَ بِمَكَّةَ يَوْمَئِذٍ أَحَدٌ، وَلَيْسَ بِهَا مَاءٌ

“(Nabi Ibrahim) membawa (Hājar) dan putranya Ismā‘īl, yang masih menyusu, lalu menempatkan mereka di dekat Ka‘bah, di bawah sebuah pohon besar di atas Zamzam, di tempat paling atas dari Masjid (Haram) saat itu. Saat itu belum ada seorang pun di Makkah dan belum ada air.” 

Ketika Hājar melihat suaminya hendak pergi, ia terus bertanya:

“Wahai Ibrāhīm, ke mana engkau hendak pergi? Apakah engkau akan meninggalkan kami di lembah ini yang tidak ada manusia dan tidak ada apa pun?”

Ibrāhīm tak menjawab. Hājar kemudian bertanya:

"آللَّهُ الذي أَمَرَكَ بِهَذَا؟" قَالَ: "نَعَمْ". قَالَتْ: "إِذًا لَا يُضَيِّعُنَا."

“Apakah Allah yang memerintahkanmu melakukan ini?”

Ia menjawab: “Ya.”

Maka Hājar berkata: “Kalau begitu, Dia tidak akan menyia-nyiakan kami.” 

(HR. Bukhārī no. 3364)

Sungguh, ini bukan sekedar kalimat. Ini adalah deklarasi tawakal, lahir dari hati seorang hamba yang yakin bahwa jika Allah yang menetapkan, maka pasti ada rahmat di baliknya.

Ikhtiar: Sa’i (berlari-lari) di Antara Shafa dan Marwah

Ketika air habis dan bayi kecilnya menangis kehausan, Hājar berlari dari Bukit Shafa ke Bukit Marwah, menatap ke segala arah mencari pertolongan. Tujuh kali ia ulangi, berlari, naik, turun. Tak ada siapa pun. Tak ada air, tapi ia tidak berhenti berikhtiar.

فقالوا: إن الصفا والمروة من شعائر الله، وقد أمر الله تعالى بالسعي بينهما، فقال: (إن الصفا والمروة من شعائر الله) أي: هما من المناسك التي شرعها الله لعباده، فلا حرج في السعي بينهما، فقد كان هذا على ما جرت به سنته في زمن الجاهلية، ثم ثبت ذلك في الإسلام، وكان سبب السعي بينهما هو ما ذكر من قصة هاجر

"Mereka (para ulama) mengatakan: Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah bagian dari syiar Allah, dan Allah telah memerintahkan untuk melakukan sa'i antara keduanya. Allah berfirman: (Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah syiar-syiar Allah), yaitu keduanya adalah bagian dari ibadah yang Allah tetapkan untuk hamba-hamba-Nya. Maka tidak ada dosa bagi orang yang melakukan sa'i antara keduanya, karena itu adalah amalan yang sudah ada sejak zaman jahiliyah dan diteruskan dalam Islam. Dan sebab dilakukannya sa'i antara keduanya adalah kisah Hajar." (Lihat Tafsir Ibnu Katsīr, QS. al-Baqarah: 158)

Di akhir langkahnya, saat ia kembali ke sisi Ismā‘īl, datanglah pertolongan Allah. Malaikat Jibrīl menghentakkan sayap atau tumitnya ke tanah — dan air pun memancar dari bawah kaki kecil Ismā‘īl.

Dalam riwayat tersebut, Malaikat Jibrīl berkata kepada Hājar:

لا تَخَافوا الضيعةَ، فإِنَّ هَاهُنَا بَيْت اللهِ، يحبني هذا الغلام وأبوهُ، وَإِنَّ اللَّهَ لَا يُضِيعُ أهلهُ

“Jangan takut disia-siakan, sesungguhnya di sini akan dibangun sebuah Rumah (Ka‘bah) untuk Allah oleh anak ini dan ayahnya, dan Allah tidak akan menyia-nyiakan hamba-Nya.”

(Shahih al-Bukhārī no. 3364)

Lalu Hājar mengumpulkan air itu, dan berkata:

"Zummī, zummī!" (Artinya: “Berkumpullah, berkumpullah!”)

Maka air itu dinamakan Zamzam, yang terus mengalir hingga hari ini — menjadi karamah dan saksi keimanan seorang wanita pilihan.

Itulah air Zamzam — air yang tak pernah kering, yang hingga hari ini mengalir dan menjadi bagian penting dalam setiap ibadah umrah dan haji.

Zamzam: Bukan Sekadar Air

Nabi ﷺ bersabda:

مَاءُ زَمْزَمَ لِمَا شُرِبَ لَهُ

"Air Zamzam itu sesuai dengan niat orang yang meminumnya."

(HR. Ibnu Mājah no. 3062, dinilai hasan oleh al-Albani)

Imam al-Nawawī berkata:

“Disunnahkan bagi orang yang minum Zamzam untuk menghadapkan diri ke Ka‘bah, membaca ‘Bismillah’, kemudian meminumnya dalam tiga tegukan, dan berdoa sesuai niat.”

(al-Majmū‘, 8/248)

Air ini bukan air biasa. Ia adalah simbol kasih sayang Allah, hadiah bagi Hājar, dan penegas bahwa Allah tidak pernah menyia-nyiakan hamba yang bertawakal dan bersabar.

Imam Ibnu Rajab berkata:

“Tawakkal Hājar adalah bukti bahwa siapa yang menggantungkan diri kepada Allah, niscaya Allah cukup baginya.”

(Jāmi‘ al-‘Ulūm wal-Ḥikam)

 

Pandangan Ulama tentang Zamzam

Imam Ibnu al-Qayyim rahimahullāh berkata:

“Aku sendiri telah mencobanya dan melihat keajaibannya dalam menyembuhkan berbagai penyakit. Aku meminumnya untuk kesembuhan dari penyakit, dan Allah menyembuhkan. Aku juga meminumnya untuk kelapangan rezeki, dan aku mendapatkannya…”

(Zād al-Ma‘ād, 4/393)

 

Pelajaran Spiritual bagi Jamaah Umrah

Bagi Anda yang akan menunaikan umrah, kisah ini adalah pengingat paling agung bahwa setiap langkah Anda — dari thawaf ke sa‘i, dari minum air Zamzam hingga menengadah dalam doa — bukanlah ritual kosong.

Itu adalah napak tilas perjuangan seorang ibu mukminah, yang dari jejaknya, Allah turunkan berkah bagi dunia.

Kisah ini bukan hanya dongeng masa lalu. Ia adalah pelajaran abadi bahwa:

Tawakal tanpa ikhtiar adalah pasrah yang salah.

Ikhtiar tanpa tawakal adalah kesombongan.

Hājar menunjukkan dua-duanya, ia berserah kepada Allah, tapi tetap berlari tujuh kali, tidak menunggu keajaiban sambil duduk.

 

Penutup

Di tengah lelahnya perjalanan umrah, di sela panasnya gurun Makkah, ingatlah! Air Zamzam lahir dari kesabaran dan keyakinan. Maka teguhkan hati, pasrahkan diri, dan percayalah! Jika Anda datang ke rumah Allah dengan niat yang lurus, maka Anda tidak akan disia-siakan.

“إِذًا لَا يُضَيِّعُنَا”

“Kalau begitu, Allah tidak akan menyia-nyiakan kami.”

Semoga kita semua dapat mengambil teladan dari Hājar dan mendapatkan keberkahan dari setiap tetes air Zamzam.

 

Oleh: Abu Haneen, Lc 

Team redaksi: Miqdad Al Kindi, Lc.

Chat Dengan Kami
built with : https://erahajj.co.id